~Selamat Datang Di Blog Saya~

Sabtu, 14 November 2015

Materi Budaya Organisasi Oleh Denny Saputra



BUDAYA ORGANISASI
Oleh Denny Saputra
            Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Budaya organisasi adalah faktor yang menentukan karakteristik suatu organisasi. Kajian budaya organisasi memiliki nilai signifikan dalam meneliti kinerja sebuah organisasi. Kajian budaya organisasi menunjukkan bagaimana suatu budaya berkembang di dalam organisasi, terinternalisasi di dalam perilaku para anggota organisasi, dan memiliki hubungan dengan kinerja keseluruhan organisasi termaksud. Budaya organisasi satu dengan organisasi lain relatif berbeda, bergantung pada karakteristik organisasi perusahaan. Dalam hal ini, organisasi profit memiliki perbedaan budaya dengan organisasi non profit atau, organisasi pemerintah berbeda budayanya dengan organisasi swasta.
PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI
 Pengertian
a.   Budaya :  Berasal dari bahasa Sansekerta , budhayah; bentuk jamak budhi yang berarti budi (akal). Dengan demikian budaya dapat diartikan :   “ hal-hal yang bersangkutan dengan akal” atau segala sesuatu yang berkaitan dengan akal pikiran, nilai-nilai dan sikap mental. Budidaya berarti memberdayakan budi atau kita kenal dengan istilah culture yang pada awalnya memiliki arti mengolah atau mengerjakan sesuatu (mengolah tanah pertanian), kemudian berkembang sebagai cara manusia mengaktualisasikan nilai (value), karsa (creativity) dan hasil karyanya (performance). (Kementerian PAN, 2002,13)

b.  Kebudayaan : Sedangkan kebudayaan merupakan kata majemuk dari “budi daya” sama dengan daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa (Koentjaraninggrat, Ilmu Budaya Dasar, 1980)
Kebudayaan (The American Haritage Dictionary, 1992) didefenisikan sebagai :
 -“Suatu keseluruhan system gagasan, tindak dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”
- “Keseluruhan gagasan & karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya itu “
c.  Budaya Kerja : - Kerja : suatu aktivitas yang dilakukan seseorang yang diharapkan dapat memberikan suatu manfaat nilai tertentu yang lebih baik, lebih memuaskan kehidupannya daripada keadaan sebelumnya.
Dengan demikian Budaya  Kerja : merupakan falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong yang membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang kemudian tercermin dalam perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai suatu “kerja” atau “bekerja”
Budaya Kerja sebagai suatu falsafah yang didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi :
-       Sifat
-       Kebiasaan dan kekuatan pendorong
-       Membudaya dalam kehidupan suatu kelompok / organisasi yang tercermin dari : sikap dan perilaku, kepercayaan dan cita-cita.

          Terdapat beberapa pengertian tentang budaya kerja yaitu :
  1. Ada pola nilai, sikap, tingkah laku, hasil karsa dan karya, termasuk segala instrumen, sistem kerja, terknologi dan bahasa yang digunakannya;
  2. Budaya berkaitan erat dengan persepsi terhadap nilai-nilai dan lingkungannya yang melahirkan makna dan pandangan hidup, yang akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku dalam bekerja;
  3. Budaya merupakan hasil dari pengalaman hidup, kebiasaan-kebiasaan serta proses seleksi (menerima atau menolak) norma yang ada dalam dalam cara berinteraksi sosial atau menempatkan dirinya ditengah-tengah lingkungan kerja tertentu;
  4. Dalam proses budaya terdapat saling mempengaruhi dan saling ketergantungan (interdependensi) baik sosial maupun non-sosial.
       Pada  konteks organisasi;  Pada suatu organisasi yang mempunyai sarana untuk mencapai suatu tujuan, budaya pada umumnya diwujudkan dalam bentuk kinerja kerja. Bentuk aktualisasinya dalam nilai-nilai, sehingga dalam suatu kesatuan menjadi suatu nilai budaya kerja. Pengertian budaya kerja organisasi adalah cara kerja sehari-hari yang bermutu dan selalu mendasari nilai-nilai yang penuh makna, sehingga menjadi motivasi, memberi inspirasi untuk senantiasa bekerja lebih baik, dan memuaskan bagi masyarakat yang dilayani (Kementerian PAN, 2008, hal 18).
Budaya Organisasi Menurut Para Ahli 
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi
1. Sejarah Organisasi
Sejarah organisasi memuat tentang bagaimana proses pendirian suatu organisasi tersebut, keberhasilan yang dimulai dari bawah, pengurangan tenaga kerja, pemindahan karyawan dan juga masalah-masalah lain yang muncul dalam organisasi. Hal tersebut menjadi suatu cerminan budaya dan memberikan pengaruh agar dapat melakukan hal yang lebih baik lagi di masa sekarang.
2. Kebiasaan
Merupakan suatu pengulangan aktivitas yang dilakukan dalam organisasi sehingga akan menjadi suatu kebiasaan dan juga akan menjadi budaya yang ada dalam organisasi tersebut. dengan tetap terjaganya budaya-budaya organisasi maka akan memantapkan nilai-nilai dalam organisasi dan tujuan-tujuan organisasi.
3. Bahasa
Dengan mempelajari bahasa organisasi yang ada, maka pelaku-pelaku organisasi pun akan mempelajarinya bahasa-bahasa tersebut dan akan berusaha mempertahankannya.
Proses Pembentukan Budaya Organisasi
Menururt Kotter dan Haskett proses pembentukan budaya organisasi, sebagai berikut:
1. Manager Puncak
Tindakan-tindakan manager puncak akan membentuk iklim dalam organisasi tersebut, sehingga peranan manager puncak sangatlah besar dalam penerimaan atau penolakan suatu budaya organisasi.
2. Perilaku Organisasi
Menyangkut bagaimana proses penerimaan tindakan manager puncak oleh para anggotanya.
3. Hasil
Dengan adanya tindakan-tindakan tersebut akan muncul suatu kebiasaan yang menunjukan bagaimana budaya organisasi tersebut berada.
4. Budaya
Kebiasaan-kebiasaan yang muncul tersebut akan memunculkan adanya suatu nilai-nilai yang ada dalam organisasi yang juga akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan organiasasi.
Karakteristik budaya organisasi
Penelitian menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang, secara keseluruhan, merupakan hakikat budaya organisasi.
·         Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
·         Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.
·         Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
·         Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
·         Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada indvidu-individu.
·         Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
·         Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan
Budaya Kerja Organisasi Pemerintah
Apabila dihubungkan dengan organisasi pemerintah maka diperdapat pengertian budaya kerja organisasi pemerintah ( Emil P Bolongita, 1990) sebagai  berikut :
  1. Adalah manajemen yang meliputi pengembangan, perencanaan, produksi dan pelayanan suatu produk berkualitas dalam arti optimal, ekonomi dan memuaskan
  2. Budaya kerja adalah salah satu komponen kualitas manusia yang sangat melekat dengan identitas bangsa dan menjadi tolok ukur dasar dalam pembangunan
  3. Budaya Kerja dapat ikut menentukan integritas bangsa dan menjadi penyumbang utama dalam menjamin kesinambungan kehidupan bangsa
  4. Budaya kerja sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dimilkinya, terutama falsafah bangsa yang mampu mendorong prestasi kerja setinggi-tingginya.
  5. “…… sebaiknya pemerintah mampu mengakomodasikan pengalamannya dengan pengalaman bisnis, dan memperlakukan masyarakat sebagai pelanggan. Dalam hal muncul konsep Total Quality Governance dengan prinsip-prinsip :
-       Pertemukan tuntutan masyarakat dan ketentuan Per-Undang-Undangan.
-       Orientasi pasar
-       Aktualisasi misi lebih penting daripada mengatur
-       Fokus pada keluaran / hasil bukan masukan/input
-       Lebih baik cegah ketimbang mengobati / memperbaiki
-       Utamakan partisipatif / gotong royong
-       Kegiatan, koordinasi dan kemitraan
Prinsip Budaya Kerja
            Prinsip-prinsip budaya kerja sebenarnya merupakan hal-hal yang dasar yang dilakukan dalam suatu pelaksanaan kerja. Kerja sebenarnya merupakan suatu proses penciptaan nilai pada suatu unit sumber daya. Terdapat beberapa nilai yang bisa menjadi prinsip budaya kerja, yaitu :
  1. Etos kerja, merupakan watak atau semangat fundamental suatu budaya, berbagai ungkapan yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan, atau perilaku suatu kelompok masyarakat. Etos merupakan komponen budaya yang merupakan kekuatan pendorong atau penggerak, sehingga manusia siap kerja keras. Etos kerja dapat diukur dengan tinggi rendah, kuat (keras) atau lemah, tidak dengan baik buruknya atau benar salahnya;
  2. Workaholism ; sebagai bagian dari budaya kerja, hal tersebut karena menunjukkan salah satu pola dan kualitas perilaku manusia dalam bekerja, baik secara pribadi, pekerjaan dinas, kelompok, bebas atau kompetitif. Workaholism bisa berdampak positif dan sebaliknya, baik kepada pelaku atau hasil dari kerjaan yang dilakukan;
  3. Etika kerja, merupakan peristiwa rohani yang berkaitan dengan kalbu atau nurani manusia-manusia, ketika dihadapkan pada pilihan, memilih dengan bebas, membuat keputusan batin dan bertanggung jawab atas pilihannya;
  4. Anggapan dasar tentang kerja, merupakan kesimpulan dalam bentuk pendirian Kerja dapat diartikan sebagai hukuman, upeti, beban, kewajiban, sumber penghasilan, kesenangan, status, prestise atau gengsi, harga diri, aktualisasi diri, panggilan jiwa, pengabdian, hak atau sebaliknya, hidup atau sebaliknya dan ibadah serta suci.
(Kementerian PAN, 2008, 19)
Manfaat Budaya Kerja Organisasi Pemerintah
      Budaya kerja dapat bermanfaat sebagai upaya untuk mengakselerasi atau memperbaiki suatu keadaan yang sudah berjalan dengan status dalam suatu organisasi atau pemerintahan. Beberapa hal yang dapat dilakukan berdasarkan budaya kerja untuk mengetahui manfaatnya adalah dengan melihat :
1.         arah, merupakan sikap lahir dari pelaku yang dapat dilakukan penilaian sehingga bisa dilakukan perbaikan dan atau peningkatan kinerja;
2.         ukuran, berhubungan dengan kuat, sedang, lemahnya suatu budaya kerja pada suatu organisasi yang berkaitan erat dengan kinerja yang timbul dari pelakunya. Ukuran juga berkaitan dengan, bagaimana hukum mengatur mengenai budaya kerja tersebut, apakah ajaran-ajaran dalam berbagai keyakinan dapat menerima, sesuai atau tidak dengan pola yang ada dalam masyarakat atau organisasi atau dalam pemerintahn, dan apakah skenario mengatur hal tersebut;
3.         ruang, dapat untuk menilai seberapa jauh budaya kerja menjadi semacam “kepercayaan” bagi pelakunya, atau hanya sebagai suatu cipta, suatu kemauan dan suatu perasaan, yang berkaitan dengan kinerja pelakunya;
4.         proses, lebih berkaitan dengan penilaian atas penataan dari pelaku terhadap budaya kerjanya, atau penganutannya, peniruannya dan penurutannya.

 Fungsi budaya kerja organisasi pemerintah
       Pengelolaan administrasi pemerintah yang mencakup pengembangan, perencanaan,  produksi dan pelayanan suatu produk yang berkualitas dalam arti, ekonomis dan bermanfaat (Keputusan MENPAN nomor 04/1991 tentang Pemasyarakatan Budaya Kerja). Budaya Kerja sebagai sikap dan perilaku individu dalam kelompok aparatur Negara yang didasari atas nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan telah menjadi sifat serta kebiasaan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sehari-hari yang merupakan pola nilai, sikap, tingkah laku, hasil karya, termasuk segala instrument, system kerja, teknologi dan bahasa yang digunakannnya.
       Fungsi budaya kerja organisasi pemerintah oleh aparatur Negara tercermin dari cara kerja sehari-hari yang bermutu dan selalu mendasari nilai-nilai yang penuh makna, sehingga menjadi motivasi, memberi inspirasi untuk senantiasa bekerja lebih baik dan memuaskan bagi masyarakat yang dilayani (Kementerian PAN, 2002). Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai culture in action, way of thinking, way of life yang perwujudannya antara lain :
-       Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat;
-       Sebagai pengikat suatu masyarakat
-       Sebagai sumber kehidupan  masyarakat
-       Sebagai kemampuan untuk nilai/pembanding
-       Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah;
-       Sebagai pola perilaku
-       Sebagai warisan
-       Sebagai proses yang mempersatukan
-       Sebagai program mental sebuah masyarakat
-       Dalam perkembangannya fungsi budaya menjadi tolok ukur pelaksanaan nilai-nilai suatu kelompok --- organisasi pemerintah;
-       Sebagai citra, kekuatan penggerak dan dan pengubah, nilai tambah, pola perilaku, dan mencapai tujuan bersama dan program mental menjadi dominan.    

Kepemimpinan
Kepemimpinan memiliki peran yang sangat penting bagi berjalannya suatu organisasi apapun bentuk organisasi tersebut. Apabila pemimpin dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka organisasi yang dipimpinnya akan terselenggara dengan baik pula.
Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan sesorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini bawahannnya, sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenanginya. (Sondang Siagian : 2002, 63) Dari definisi tersebut terdapat tiga hal penting, yaitu :
  • dari seseorang yang menduduki jabatan pimpinan dituntut kemampuan tertentu yang tidak dimiliki oleh sumber daya manusia lainnya dalam organisasi;
  • kepengikutannya sebagai elemen penting dalam menjalankan kepemimpinan; dan
  • kemampuan mengubah “egosentrisme” para bawahan menjadi “organisasi-sentrisme”


SIFAT KEPEMIMPINAN
Teori kesifatan menurut Ordway Tead adalah sebagaiberikut:
·         energi jasmaniah dan mental Yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan baik jasmani maupun mental untuk mengatasi semua permasalahan.
·         kesadaran akan tujuan dan arah, mengetahui arah dan tujuan organisasi, serta yakin akan manfaatnya.
·         antusiasme pekerjaan mempunyai tujuan yang bernilai, menyenangkan, memberikan sukses, dan dapat membangkitkan antusiasme bagi pimpinan maupun bawahan.
·         keramahan dan kecintaan Dedikasi pemimpin bisa memotivasi bawahan untuk melakukan perbuatan yang menyenangkan semua pihak, sehingga dapat diarahkan untuk mencapai tujuan.
·         integritas. Pemimpin harus bersikap terbuka; merasa utuh bersatu, sejiwa dan seperasaan dengan anak buah sehingga bawahan menjadi lebih percaya dan hormat.
·         Penguasaan teknis. Setiap pemimpin harus menguasai satu atau beberapa kemahiran teknis agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin.
·         ketegasan dalam mengambil keputusan. Pemimpin yang berhasil pasti dapat mengambil keputusan secara cepat, tegas dan tepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya.
·         kecerdasan. Orang yang cerdas akan mampu mengatasi masalah dalam waktu yang lebih cepat dan cara yang lebih efektif.
·         keterampilan mengajar Pemimpin yang baik adalah yang mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong, dan menggerakkan anak buahnya untuk berbuat sesuatu.
·         kepercayaan Keberhasilan kepemimpinan didukung oleh kepercayaan anak buahnya, yaitu percaya bahwa pemimpin dengan anggota berjuang untuk mencapai tujuan.
 Tipe dan Gaya Kepemimpinan
Kartini Kartono menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:
1. Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga mereka mempunyai pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan kepatuhan pengikutnya  timbul dari kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin dianggap mempunyai kemampuan yang diperoleh dari kekuatan Yang Maha Kuasa.
2. Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain;
a. Menganggap bawahannya belum dewasa
b. bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan
d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
3. Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Pemimipin organisasi sebagai miliknnya
b. Pemimpin bertindak sebagai dictator
c. Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman.
4. Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai siafat sifat:
a. menuntut kedisiplinan yang keras dan kaku
b. lebih banyak menggunakan system perintah
c. menghendaki keputusan mutlak dari bawahan
d. Formalitas yang berlebih-lebihan
e. Tidak menerima saran dan kritik dari bawahan
f. Sifat komunikasi hanya sepihak
5. Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan masalah kerja sama sehingga terdapat koordinasi pekerjaan dari semua bawahan. Kepemimpinan demokrasi menghadapi potensi sikap individu, mau mendengarkan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Jadi pemimpin menitik beratkan pada aktifitas setiap anggota kelompok, sehingga semua unsure organisasi dilibatkan dalam akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan,, pembuatan rencana keputusan, disiplin.
Budaya Kerja Organisasi Pemerintah Berkualitas
Keadaan saat ini dalam kinerja organisasi pemerintah adalah :
1  Keluhan terhadap kinerja Aparatur Pemerintah dalam menyediakan pelayanan publik masih terdengar negatif, sehingga memerlukan pemikiran dan tindakan yang serius dalam meningkatkan disiplin dan kinerja melalui pelaksanaan budaya kerja;
2  Tingkat disiplin dan kinerja Aparatur Pemerintah secara umum masih belum sepenuhnya memenuhi harapan masyarakat luas.
3  Citra buruk Aparatur Pemerintah saat ini, yang lebih dikarenakan kurang ditaatinya nilai-nilai budaya kerja Aparatur seperti disiplin, jujur, taat hukum, keterbukaan, adil, netral, komitmen, konsisten, tranparansi, akuntabilitas;
4 Tingkat kompetensi (knowledge, skill, attitude) Aparatur Pemerintah yang masih perlu terus ditingkatkan.(Kementerian PAN, 2008)

Lebih terperinci permasalahannya dapat dilihat pada kondisi awal pelaksanaan budaya kerja yang merupakan persoalan perilaku aparatur (Kementerian PAN, 2002), berbagai budaya kerja negatif menunjukkan :
-     Konsistensi terhadap Visi dan Misi Organisasi rendah
-     Sering terjadi penyimpangan dan kesalahan kebijakan publik yang berdampak luas pada masyarakat
-     Pelaksanaan kebijakan publik sama dengan kebijakannya
-     Terjadi arogansi, penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan
-       Dalam praktik, sulit dibedakan antara ikhlas / tidak dan jujur / tidak
-       Pejabat yang KKN, menyebabkan meluasnya KKN pada pegawai, dunia usaha dan masyarakat
-       Gaji pegawai rendah / kecil dibandingkan harga barang kebutuhan
-       Banyak aparatur yang profesionalnya rendah
-       Belum ada sistem yang jelas untuk mengukur kinerja pegawai dan tindak lanjut hasilnya
-       Kreatifitas kurang mendapat perhatian pimpinan
-       Kurang peka terhadap keluhan masyarakat
-       Budaya suap bukan merupakan rahasia sehingga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku
-       Tidak ada sanksi yang jelas dan tegas jika pegawai melanggar aturan
-       Budaya KKN menjiwai aparat
-       Tingkat kesejahteraan tidak memadai
-       Tingkat seleksi kurang transparan
(Kementerian PAN, 2008) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar