BUDAYA ORGANISASI
Oleh Denny
Saputra
Budaya
organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi
lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci
yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Budaya organisasi
adalah faktor yang menentukan karakteristik suatu organisasi. Kajian budaya
organisasi memiliki nilai signifikan dalam meneliti kinerja sebuah organisasi.
Kajian budaya organisasi menunjukkan bagaimana suatu budaya berkembang di dalam
organisasi, terinternalisasi di dalam perilaku para anggota organisasi, dan
memiliki hubungan dengan kinerja keseluruhan organisasi termaksud. Budaya
organisasi satu dengan organisasi lain relatif berbeda, bergantung pada
karakteristik organisasi perusahaan. Dalam hal ini, organisasi profit memiliki
perbedaan budaya dengan organisasi non profit atau, organisasi pemerintah
berbeda budayanya dengan organisasi swasta.
PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI
Pengertian
a. Budaya :
Berasal dari bahasa Sansekerta , budhayah; bentuk jamak budhi yang
berarti budi (akal). Dengan demikian budaya dapat diartikan : “ hal-hal yang bersangkutan dengan akal”
atau segala sesuatu yang berkaitan dengan akal pikiran, nilai-nilai dan sikap
mental. Budidaya berarti memberdayakan budi atau kita kenal dengan istilah
culture yang pada awalnya memiliki arti mengolah atau mengerjakan sesuatu
(mengolah tanah pertanian), kemudian berkembang sebagai cara manusia
mengaktualisasikan nilai (value), karsa (creativity) dan hasil karyanya
(performance). (Kementerian PAN, 2002,13)
b. Kebudayaan : Sedangkan kebudayaan merupakan
kata majemuk dari “budi daya” sama dengan daya dari budi yang berupa cipta,
rasa dan karsa (Koentjaraninggrat, Ilmu Budaya Dasar, 1980)
Kebudayaan
(The American Haritage Dictionary, 1992) didefenisikan sebagai :
-“Suatu keseluruhan system gagasan, tindak dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik
diri manusia dengan cara belajar”
-
“Keseluruhan gagasan & karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar,
beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya itu “
c. Budaya Kerja : - Kerja : suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang yang diharapkan dapat memberikan suatu manfaat nilai
tertentu yang lebih baik, lebih memuaskan kehidupannya daripada keadaan
sebelumnya.
Dengan
demikian Budaya Kerja : merupakan
falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi
sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong yang membudaya dalam kehidupan suatu
kelompok masyarakat atau organisasi yang kemudian tercermin dalam perilaku,
kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai suatu
“kerja” atau “bekerja”
Budaya
Kerja sebagai suatu falsafah yang didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai
yang menjadi :
- Sifat
- Kebiasaan
dan kekuatan pendorong
- Membudaya
dalam kehidupan suatu kelompok / organisasi yang tercermin dari : sikap dan
perilaku, kepercayaan dan cita-cita.
Terdapat beberapa pengertian tentang
budaya kerja yaitu :
- Ada pola nilai, sikap, tingkah laku, hasil karsa dan karya, termasuk segala instrumen, sistem kerja, terknologi dan bahasa yang digunakannya;
- Budaya berkaitan erat dengan persepsi terhadap nilai-nilai dan lingkungannya yang melahirkan makna dan pandangan hidup, yang akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku dalam bekerja;
- Budaya merupakan hasil dari pengalaman hidup, kebiasaan-kebiasaan serta proses seleksi (menerima atau menolak) norma yang ada dalam dalam cara berinteraksi sosial atau menempatkan dirinya ditengah-tengah lingkungan kerja tertentu;
- Dalam proses budaya terdapat saling mempengaruhi dan saling ketergantungan (interdependensi) baik sosial maupun non-sosial.
Pada
konteks organisasi; Pada suatu
organisasi yang mempunyai sarana untuk mencapai suatu tujuan, budaya pada umumnya
diwujudkan dalam bentuk kinerja kerja. Bentuk aktualisasinya dalam nilai-nilai,
sehingga dalam suatu kesatuan menjadi suatu nilai budaya kerja. Pengertian
budaya kerja organisasi adalah cara kerja sehari-hari yang bermutu dan selalu
mendasari nilai-nilai yang penuh makna, sehingga menjadi motivasi, memberi
inspirasi untuk senantiasa bekerja lebih baik, dan memuaskan bagi masyarakat
yang dilayani (Kementerian PAN, 2008, hal 18).
Budaya Organisasi
Menurut Para Ahli
a. Menurut Wood,
Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi
adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi
dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi,
Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi
adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola
tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut
Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut
oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut
Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh
organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang
mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota
organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru
sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah
yang dihadapi.
e. Menurut
Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai
organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para
karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya
organisasi dalam
penelitian ini
adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang
kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota
organisasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi
1. Sejarah
Organisasi
Sejarah
organisasi memuat tentang bagaimana proses pendirian suatu organisasi tersebut,
keberhasilan yang dimulai dari bawah, pengurangan tenaga kerja, pemindahan
karyawan dan juga masalah-masalah lain yang muncul dalam organisasi. Hal
tersebut menjadi suatu cerminan budaya dan memberikan pengaruh agar dapat
melakukan hal yang lebih baik lagi di masa sekarang.
2. Kebiasaan
Merupakan suatu
pengulangan aktivitas yang dilakukan dalam organisasi sehingga akan menjadi
suatu kebiasaan dan juga akan menjadi budaya yang ada dalam organisasi
tersebut. dengan tetap terjaganya budaya-budaya organisasi maka akan
memantapkan nilai-nilai dalam organisasi dan tujuan-tujuan organisasi.
3. Bahasa
Dengan
mempelajari bahasa organisasi yang ada, maka pelaku-pelaku organisasi pun akan
mempelajarinya bahasa-bahasa tersebut dan akan berusaha mempertahankannya.
Proses Pembentukan Budaya Organisasi
Menururt Kotter
dan Haskett proses pembentukan budaya organisasi, sebagai berikut:
1. Manager
Puncak
Tindakan-tindakan
manager puncak akan membentuk iklim dalam organisasi tersebut, sehingga peranan
manager puncak sangatlah besar dalam penerimaan atau penolakan suatu budaya
organisasi.
2. Perilaku
Organisasi
Menyangkut
bagaimana proses penerimaan tindakan manager puncak oleh para anggotanya.
3. Hasil
Dengan adanya
tindakan-tindakan tersebut akan muncul suatu kebiasaan yang menunjukan
bagaimana budaya organisasi tersebut berada.
4. Budaya
Kebiasaan-kebiasaan
yang muncul tersebut akan memunculkan adanya suatu nilai-nilai yang ada dalam
organisasi yang juga akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan organiasasi.
Karakteristik budaya organisasi
Penelitian
menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang, secara keseluruhan,
merupakan hakikat budaya organisasi.
·
Inovasi dan keberanian
mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani
mengambil risiko.
·
Perhatian pada hal-hal
rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan
perhatian pada hal-hal detail.
·
Orientasi hasil. Sejauh
mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang
digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
·
Orientasi orang. Sejauh
mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut
atas orang yang ada di dalam organisasi.
·
Orientasi tim. Sejauh
mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada
indvidu-individu.
·
Keagresifan. Sejauh
mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
·
Stabilitas. Sejauh mana
kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dalam
perbandingannya dengan pertumbuhan
Budaya Kerja Organisasi
Pemerintah
Apabila
dihubungkan dengan organisasi pemerintah maka diperdapat pengertian budaya
kerja organisasi pemerintah ( Emil P Bolongita, 1990) sebagai berikut :
- Adalah manajemen yang meliputi pengembangan, perencanaan, produksi dan pelayanan suatu produk berkualitas dalam arti optimal, ekonomi dan memuaskan
- Budaya kerja adalah salah satu komponen kualitas manusia yang sangat melekat dengan identitas bangsa dan menjadi tolok ukur dasar dalam pembangunan
- Budaya Kerja dapat ikut menentukan integritas bangsa dan menjadi penyumbang utama dalam menjamin kesinambungan kehidupan bangsa
- Budaya kerja sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dimilkinya, terutama falsafah bangsa yang mampu mendorong prestasi kerja setinggi-tingginya.
- “…… sebaiknya pemerintah mampu mengakomodasikan pengalamannya dengan pengalaman bisnis, dan memperlakukan masyarakat sebagai pelanggan. Dalam hal muncul konsep Total Quality Governance dengan prinsip-prinsip :
- Pertemukan
tuntutan masyarakat dan ketentuan Per-Undang-Undangan.
- Orientasi
pasar
- Aktualisasi
misi lebih penting daripada mengatur
- Fokus
pada keluaran / hasil bukan masukan/input
- Lebih
baik cegah ketimbang mengobati / memperbaiki
- Utamakan
partisipatif / gotong royong
- Kegiatan,
koordinasi dan kemitraan
Prinsip Budaya Kerja
Prinsip-prinsip
budaya kerja sebenarnya merupakan hal-hal yang dasar yang dilakukan dalam suatu
pelaksanaan kerja. Kerja sebenarnya merupakan suatu proses penciptaan nilai
pada suatu unit sumber daya. Terdapat beberapa nilai yang bisa menjadi prinsip
budaya kerja, yaitu :
- Etos kerja, merupakan watak atau semangat fundamental suatu budaya, berbagai ungkapan yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan, atau perilaku suatu kelompok masyarakat. Etos merupakan komponen budaya yang merupakan kekuatan pendorong atau penggerak, sehingga manusia siap kerja keras. Etos kerja dapat diukur dengan tinggi rendah, kuat (keras) atau lemah, tidak dengan baik buruknya atau benar salahnya;
- Workaholism ; sebagai bagian dari budaya kerja, hal tersebut karena menunjukkan salah satu pola dan kualitas perilaku manusia dalam bekerja, baik secara pribadi, pekerjaan dinas, kelompok, bebas atau kompetitif. Workaholism bisa berdampak positif dan sebaliknya, baik kepada pelaku atau hasil dari kerjaan yang dilakukan;
- Etika kerja, merupakan peristiwa rohani yang berkaitan dengan kalbu atau nurani manusia-manusia, ketika dihadapkan pada pilihan, memilih dengan bebas, membuat keputusan batin dan bertanggung jawab atas pilihannya;
- Anggapan dasar tentang kerja, merupakan kesimpulan dalam bentuk pendirian Kerja dapat diartikan sebagai hukuman, upeti, beban, kewajiban, sumber penghasilan, kesenangan, status, prestise atau gengsi, harga diri, aktualisasi diri, panggilan jiwa, pengabdian, hak atau sebaliknya, hidup atau sebaliknya dan ibadah serta suci.
(Kementerian PAN, 2008, 19)
Manfaat Budaya
Kerja Organisasi Pemerintah
Budaya kerja dapat bermanfaat sebagai
upaya untuk mengakselerasi atau memperbaiki suatu keadaan yang sudah berjalan
dengan status dalam suatu organisasi atau pemerintahan. Beberapa hal yang dapat
dilakukan berdasarkan budaya kerja untuk mengetahui manfaatnya adalah dengan
melihat :
1.
arah, merupakan sikap
lahir dari pelaku yang dapat dilakukan penilaian sehingga bisa dilakukan
perbaikan dan atau peningkatan kinerja;
2.
ukuran, berhubungan
dengan kuat, sedang, lemahnya suatu budaya kerja pada suatu organisasi yang
berkaitan erat dengan kinerja yang timbul dari pelakunya. Ukuran juga berkaitan
dengan, bagaimana hukum mengatur mengenai budaya kerja tersebut, apakah ajaran-ajaran
dalam berbagai keyakinan dapat menerima, sesuai atau tidak dengan pola yang ada
dalam masyarakat atau organisasi atau dalam pemerintahn, dan apakah skenario
mengatur hal tersebut;
3.
ruang, dapat untuk
menilai seberapa jauh budaya kerja menjadi semacam “kepercayaan” bagi
pelakunya, atau hanya sebagai suatu cipta, suatu kemauan dan suatu perasaan,
yang berkaitan dengan kinerja pelakunya;
4.
proses, lebih berkaitan
dengan penilaian atas penataan dari pelaku terhadap budaya kerjanya, atau
penganutannya, peniruannya dan penurutannya.
Fungsi budaya kerja organisasi pemerintah
Pengelolaan administrasi pemerintah yang
mencakup pengembangan, perencanaan,
produksi dan pelayanan suatu produk yang berkualitas dalam arti,
ekonomis dan bermanfaat (Keputusan MENPAN nomor 04/1991 tentang Pemasyarakatan
Budaya Kerja). Budaya Kerja sebagai sikap dan perilaku individu dalam kelompok
aparatur Negara yang didasari atas nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan
telah menjadi sifat serta kebiasaan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan
sehari-hari yang merupakan pola nilai, sikap, tingkah laku, hasil karya,
termasuk segala instrument, system kerja, teknologi dan bahasa yang
digunakannnya.
Fungsi budaya kerja organisasi
pemerintah oleh aparatur Negara tercermin dari cara kerja sehari-hari yang
bermutu dan selalu mendasari nilai-nilai yang penuh makna, sehingga menjadi
motivasi, memberi inspirasi untuk senantiasa bekerja lebih baik dan memuaskan
bagi masyarakat yang dilayani (Kementerian PAN, 2002). Fungsi-fungsi tersebut
adalah sebagai culture in action, way of thinking, way of life yang
perwujudannya antara lain :
- Sebagai
identitas dan citra suatu masyarakat;
- Sebagai
pengikat suatu masyarakat
- Sebagai
sumber kehidupan masyarakat
- Sebagai
kemampuan untuk nilai/pembanding
- Sebagai
kemampuan untuk membentuk nilai tambah;
- Sebagai
pola perilaku
- Sebagai
warisan
- Sebagai
proses yang mempersatukan
- Sebagai
program mental sebuah masyarakat
- Dalam
perkembangannya fungsi budaya menjadi tolok ukur pelaksanaan nilai-nilai suatu
kelompok --- organisasi pemerintah;
- Sebagai
citra, kekuatan penggerak dan dan pengubah, nilai tambah, pola perilaku, dan
mencapai tujuan bersama dan program mental menjadi dominan.
Kepemimpinan
Kepemimpinan memiliki peran yang sangat penting bagi
berjalannya suatu organisasi apapun bentuk organisasi tersebut. Apabila
pemimpin dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka organisasi yang
dipimpinnya akan terselenggara dengan baik pula.
Pengertian
kepemimpinan adalah kemampuan sesorang untuk
mempengaruhi orang lain, dalam hal ini bawahannnya, sedemikian rupa sehingga
orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal
tersebut mungkin tidak disenanginya. (Sondang Siagian : 2002, 63) Dari definisi
tersebut terdapat tiga hal penting, yaitu :
- dari seseorang yang menduduki jabatan pimpinan dituntut kemampuan tertentu yang tidak dimiliki oleh sumber daya manusia lainnya dalam organisasi;
- kepengikutannya sebagai elemen penting dalam menjalankan kepemimpinan; dan
- kemampuan mengubah “egosentrisme” para bawahan menjadi “organisasi-sentrisme”
SIFAT KEPEMIMPINAN
Teori kesifatan
menurut Ordway Tead adalah sebagaiberikut:
·
energi jasmaniah dan mental Yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan baik
jasmani maupun mental untuk mengatasi semua permasalahan.
·
kesadaran akan tujuan dan arah, mengetahui arah dan tujuan organisasi, serta
yakin akan manfaatnya.
·
antusiasme pekerjaan mempunyai tujuan yang bernilai, menyenangkan, memberikan
sukses, dan dapat membangkitkan antusiasme bagi pimpinan maupun bawahan.
·
keramahan dan kecintaan Dedikasi pemimpin bisa memotivasi bawahan untuk
melakukan perbuatan yang menyenangkan semua pihak, sehingga dapat diarahkan
untuk mencapai tujuan.
·
integritas. Pemimpin harus bersikap terbuka; merasa utuh bersatu, sejiwa dan
seperasaan dengan anak buah sehingga bawahan menjadi lebih percaya dan hormat.
·
Penguasaan teknis. Setiap pemimpin harus menguasai satu atau beberapa kemahiran
teknis agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin.
·
ketegasan dalam mengambil keputusan. Pemimpin yang berhasil pasti dapat
mengambil keputusan secara cepat, tegas dan tepat sebagai hasil dari kearifan
dan pengalamannya.
·
kecerdasan. Orang yang cerdas akan mampu mengatasi masalah dalam waktu yang
lebih cepat dan cara yang lebih efektif.
·
keterampilan mengajar Pemimpin yang baik adalah yang mampu menuntun, mendidik,
mengarahkan, mendorong, dan menggerakkan anak buahnya untuk berbuat sesuatu.
·
kepercayaan Keberhasilan kepemimpinan didukung oleh kepercayaan anak buahnya,
yaitu percaya bahwa pemimpin dengan anggota berjuang untuk mencapai tujuan.
Tipe dan Gaya
Kepemimpinan
Kartini Kartono
menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:
1. Tipe
Kharismatik
Tipe ini mempunyai
daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga mereka mempunyai pengikut
yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan kepatuhan pengikutnya timbul dari
kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin dianggap mempunyai kemampuan yang
diperoleh dari kekuatan Yang Maha Kuasa.
2. Tipe
Paternalistik
Tipe
Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain;
a. Menganggap
bawahannya belum dewasa
b. bersikap
terlalu melindungi
c. Jarang
memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan
d. Selalu
bersikap maha tahu dan maha benar.
3. Tipe Otoriter
Pemimpin tipe
otoriter mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Pemimipin
organisasi sebagai miliknnya
b. Pemimpin
bertindak sebagai dictator
c. Cara
menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman.
4. Tipe
Militeristik
Dalam tipe ini
pemimpin mempunyai siafat sifat:
a. menuntut kedisiplinan
yang keras dan kaku
b. lebih banyak
menggunakan system perintah
c. menghendaki
keputusan mutlak dari bawahan
d. Formalitas
yang berlebih-lebihan
e. Tidak menerima
saran dan kritik dari bawahan
f. Sifat
komunikasi hanya sepihak
5. Tipe
Demokrasi
Tipe demokrasi
mengutamkan masalah kerja sama sehingga terdapat koordinasi pekerjaan dari
semua bawahan. Kepemimpinan demokrasi menghadapi potensi sikap individu, mau
mendengarkan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Jadi pemimpin menitik
beratkan pada aktifitas setiap anggota kelompok, sehingga semua unsure
organisasi dilibatkan dalam akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan,,
pembuatan rencana keputusan, disiplin.
Budaya
Kerja Organisasi Pemerintah Berkualitas
Keadaan
saat ini dalam kinerja organisasi pemerintah adalah :
1 Keluhan terhadap kinerja Aparatur Pemerintah
dalam menyediakan pelayanan publik masih terdengar negatif, sehingga memerlukan
pemikiran dan tindakan yang serius dalam meningkatkan disiplin dan kinerja
melalui pelaksanaan budaya kerja;
2 Tingkat disiplin dan kinerja Aparatur
Pemerintah secara umum masih belum sepenuhnya memenuhi harapan masyarakat luas.
3 Citra buruk Aparatur Pemerintah saat ini,
yang lebih dikarenakan kurang ditaatinya nilai-nilai budaya kerja Aparatur
seperti disiplin, jujur, taat hukum, keterbukaan, adil, netral, komitmen,
konsisten, tranparansi, akuntabilitas;
4
Tingkat kompetensi (knowledge, skill, attitude) Aparatur Pemerintah yang masih
perlu terus ditingkatkan.(Kementerian PAN, 2008)
Lebih
terperinci permasalahannya dapat dilihat pada kondisi awal pelaksanaan budaya
kerja yang merupakan persoalan perilaku aparatur (Kementerian PAN, 2002),
berbagai budaya kerja negatif menunjukkan :
- Konsistensi
terhadap Visi dan Misi Organisasi rendah
- Sering
terjadi penyimpangan dan kesalahan kebijakan publik yang berdampak luas pada
masyarakat
- Pelaksanaan
kebijakan publik sama dengan kebijakannya
- Terjadi
arogansi, penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan
- Dalam
praktik, sulit dibedakan antara ikhlas / tidak dan jujur / tidak
- Pejabat
yang KKN, menyebabkan meluasnya KKN pada pegawai, dunia usaha dan masyarakat
- Gaji
pegawai rendah / kecil dibandingkan harga barang kebutuhan
- Banyak
aparatur yang profesionalnya rendah
- Belum
ada sistem yang jelas untuk mengukur kinerja pegawai dan tindak lanjut hasilnya
- Kreatifitas
kurang mendapat perhatian pimpinan
- Kurang
peka terhadap keluhan masyarakat
- Budaya
suap bukan merupakan rahasia sehingga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku
- Tidak
ada sanksi yang jelas dan tegas jika pegawai melanggar aturan
- Budaya
KKN menjiwai aparat
- Tingkat
kesejahteraan tidak memadai
- Tingkat
seleksi kurang transparan
(Kementerian PAN, 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar