MATI ATAU MERDEKA MELAWAN
MEA 2015
OLEH DENNY SAPUTRA
ASEAN adalah sebuah pasar yang
menggiurkan dan menarik untuk malakukan ekspansi bisnis, siapapun tak akan
menyangkal dengan opini diatas tadi. Jumlah populasi ASEAN tersebesar ketiga di
dunia setelah Tiongkok dan India. ini bisa kita lihat data IHS Global Insights
2013 yang di analisis oleh
globalAccenture, rata2 pertumbuhan penduduk 5% per tahun (2012-20), banyak
pakar ekonomi menyatakan bahwa ASEAN akan menjadi kekuatan ekonomi nomor enam
terbesar di dunia pada tahun 2020 dengan produk domestik bruto (PDB)
diperkirakan sekitar US$ 3,1 triliun ( berturut setelah AS, Tiongkok, Jepang,
Jerman, dan India). Apalagi dikawasan
ASEAN ini memiliki 12 juta rumah tangga memasuki kategori kelas menengah,
dengan tingkat belanja yang tinggi. Bahkan diprediksi nilai belanja akan
meningkat 2,3 triliun walaupun ekonomi global masi belum bisa dipastikan.
Pada desember tahun ini akan dimulai
sebuah mega proyek yang telah disepakati pada beberapa tahun sebelumnya
mengenai ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat ekonomi ASEAN yang akan
merubah wajah Ekonomi Asia maupun Dunia, khususnya kalangan perusahaan, bisnis
dan profesional yang akan menghadapinya. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh
Accenture ASEAN terkait implementasi resmi MEA 2015. Accenture melakukan 2
bagian dalam riset ini yaitu :
1. Fokus
kepada bagian bagaimana memahami integrasi kawasan ASEAN yang dibagi beberapa
aspek yaitu menindentifikasi peluang, tantangan serta melihat kesiapan
menjalani MEA
2. Fokus
kepada bagian pergeseran atau dampak di dunia diakibatkan MEA, misalnya
pergeseran pekerja, yang di lihat dari indikator kemajuan teknologi dan
keunikan ASEAN atau demografis.
Pada riset ini, responden survei ini
para eksekutif untuk memperoleh pandangan dan integritas dan potensi kawasan
ASEAN yang mewakili perusahaan besar dan kunci ASEAN yakni Indonesia, Malaysia,
Thaliland dan Fhilipina dari 4 negara tersebut diambil sampel 40 responden tiap
negara. 73 % responden perusahaan industri produk dan sisahnya adalah jasa, 27%
perusahaan multinasional, 46% perusahaan regional dan 27% perusahaan lokal
besar.
Hasilnya riset pertama tersebut
adalah mayoritas sekitar 67% menyatakan pesimis bahwa proyek ini akan berjalan
sesuai jadwal dan 33% optimisi bisa manjelankan sesuai jadwal, ini tidak
dipungkiri dengan kondisi ekonomi dunia yang tidak stabil dan sulit diprediksi
tapi berdasarkan hasil riset ini Level keyakinan tertinggi di justru Fhilipina
51% dan Indonesia 42%. Jika melihat hasil riset antusias dalam menyikapi MEA
ini lagi – lagi relatif tertinggi adalah Indonesia 79% dan Fhilipina 78%. Dalam
hal perusahaan yang mengambil manfaat dari penerapan MEA, hanya 37% responden
di ASEAN yang melakukannya kesimpulan dalam riset pertama ini bahwa semua
kalangan berharap dapat memperluas kehadiran mereka kawasan ASEAN ini
disebabkan oleh akses lebih besar dipasar ASEAN, kemudahan dalam investasi dan
optimalisasi operasional dalam menggunakan talenta dari kawasan ASEAN.
Hasil Riset Kedua menyimpulkan bahwa
akan ada 5 pergeseran besar yang terjadi di ASEAN yang akan membentuk skema
baru yaitu :
1. Adanya
angkatan multigenerasi yang beragam
2. Adanya
pola pikir dan keahlian yang dibutuhkan
3. Angkatan
kerja mendambakan pengalaman customized
4. Angkatan
kerja terorganisasi dengan cara yang berbeda
5. Angkatan
kerja terintegrasi secara dengan sumber daya eksternal dengan ekosistem terbuka
Dalam penjelasan point di atas
berdasakan riset dan analisis bahwa pekerja muda dan tua akan bekerja sama.
Pada tahun 2020 55% populasi pekerja
ASEAN akan masuk kelompok 20-39 tahun. Pekerja wanita diperkirakan lebih banyak
dilihat paham feminisme sudah mulai mengakar.
Berdasarkan riset diprediksi pekerja
masa depan akan meningkatkan keahlian di bidang literasi digital. dan
menggabungkan antara keterampilan digital dengan soft skill seperti
adabtibilitas, problem solving, dan critical thingking.
Berdasarkan riset diperkirakan bahwa
pekerja lebih memilih pekerjaan yang ada unsur customizet berupa pengalaman
pekerjaan, bekerja dimana saja dan kapan saja tidak melulu berorientasi dengan
gaji dan uang. tapi hasil ini tidaklahlah mudah untuk dicapai dan mengubah
budaya yang telah ada dalam suatu negara, perusahaan atau organisasi yang akan
menjadi tombak MEA ini. akan banyak tantangan yang harus dihadapi.
Tapi bagaimana dengan Indonesia
menghadapi MEA? bagi saya pribadi riset-riset diatas tidak memberikan gambaran
penuh tentang indonesia dalam dampak yang akan dihadapi ketika MEA ini akan
berlangsung. Karena apa? karena respondennya adalah perusahaan besar yang ada
di indonesia. padahal kita tau dengan jumlah penduduk yang besar tidak seimbang
dengan jumlah perusahaan yang besar yang sedikit di negara ini baik milik BUMN
maupun Swasta lokal. bahkan kalau kita lihat baik dari sejarah maupun bukti
lapangan sekarang indonesia memiliki pelaku usaha kecil menengah yang banyak.
dan mereka ini yang akan menopang ekonomi indonesia di masa datang seperti
krisis ekonomi di era soeharto bukan perusahaan besar.
Apalagi MEA bagi indonesia menurut
kaca mata saya seperti kesempetan atau malah ancaman yang dapat merusak tatanan
ekonomi nasional. Apabila bangsa ini tidak siap menghadapi ini bisa dilihat ada
beberapa bidang yang belum dikuasai oleh perusahaan, pemerintah maupun pelaku
bisnis misalnya supply chain yang membutuhkan teknologi maju, bidang pemasaran
dari B-to-B, dan bidang keuangan.
Siap tidak siap kita harus
menerimanya, kecuali ada revolusi besar dari kabinet kerja jokowi. ya sudahlah
sekarang kita fokus untuk mencari solusi yang tepat dalam mengahadapi MEA yang
sebentar lagi akan datang. Sebelum itu kita harus menganalis terlebih dahulu
tantangan yang dihadapi bangsa ini dalam menghadapi MEA sehingga bisa
menghasilkan strategi yang tepat, ada beberapa tantangan misalnya :
1. Perbedaan
kualitas manusia yang belum mampu bersaiang oleh masyrakat dan pekerja
indonesia. Karene jika MEA akan berlangsung perusahaan akan memilih dan memikat
talenta pekerja yang tepat.
2. Defisit
teknologi, perkembangan teknologi di indonesia sangat lambat dari pada negara –
negara seperti singapura dan malaysia
3. Perusahaan
di indonesia masi banyak menggunakan sistem hiaraki dalam pengambilan keputusan
sehingga pengambilan memerlukan waktu yang lama.
4. Dunia
bisnis akan penuh dengan kompetisi sengit dan mobile.
5. Budaya
indonesia yang beragam, dan sulitnya beradaptasi
Adapun staregi digunakan untuk
menghadapi MEA dalam waktu dekat ini yaitu
1. Bagi
perusahaan kecil dan menengah, harus mampu mengambil keputusan mempertahankan
pasar domestik atau melakukan ekpsansi ke luar, tentu harus ada
pertimbangan-pertimbangan.
2. Bagi
perusahaan kecil dan menengah, harus mampu memikirkan model bisnis yang cocok
buat mereka untuk menempati posisi pasar
yang kuat
3. Bagi
perusahaan kecil dan menengah mempertimbangkan modifikasi branding, pemasaran,
dan penjualan untuk mencapai target pasar secara detail.
4. Bagi
pelaku usaha harus berfikir war of talent dan mefokuskan pada pembangunan
pengalaman bekerja, masuk ke ekosistem skill yang lebih luas dan beradaptasi
untuk selalu berubah ke arah yang lebih baik.
5. Pengambilan
keputusan yang tepat khususnya dengan lembaga pendidikan untuk memabangun sdm
yang berkualitas yang bermitra dengan industri sehingga membangun infrastruktur
vital yakni SDM yang berkualitas.
Data
terahkir yang saya dapat jumlah tenaga asing di indonesia sekitar 70 ribu
orang. Dari jumlah itu hanya 13% berasal dari ASEAN. Sisanya adalah dari luar
ASEAN seperti Jepang, Korea selatan, Tiongkok, dan India. Bayangkan jika keran
MEA dibuka, tentuk porsi orang ASEAN akan lebih tinggi, lalu bagaimana nasib
pekerja indonesia? dimana posisi pekerja Indonesia? Apakah tergurus dengan
kompentisi atau bertahan maju kedepan? biar waktu yang menjawab.
Referensi : Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar