Silabus
Kaderisasi
SILABUS KADERISASI
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
Landasan Pemikiran
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) adalah
sebuah organisasi gerakan yang berbasiskan intelektual muda (mahasiswa)
yang memiliki cita-cita terwujudnya sosialisme Indonesia sebagai satu sinthesa
yang berdasarkan atas asas marhaenisme yaitu : sosionasionalisme,
sosio-demokrasi, dan Ketuhanan Yang Maha Esa di dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Namun di lain pihak, ternyata sejarah perkembangan
kapitalisme telah berimplikasi terjerumusnya kehidupan rakyat Indonesia dalam
sebuah penderitaan panjang berupa penindasan dan penghisapan kapitalisme dan
imperialisme negara-negara maju.
Ketidakberdaulatan politik, ketergantungan ekonomi,
serta kehancuran mental dan moral budaya bangsa, adalah sebuah realitas sejarah
dimana rakyat Indonesia menjadi tumbalnya. Dan realitas sejarah tersebut telah
menjauhkan cita-cita bangsa yang menginginkan terwujudnya masyarakat adil dan
makmur zonder exploitation de l’homme par l’homme dan zonder exploitation de
nation par nation. Padahal cita-cita bangsa tersebut merupakan cita-cita
ideologi yang diemban oleh GMNI yaitu terwujudnya sosialisme Indonesia.
Oleh karena itu, dengan mencermati
realitas di atas, telah menjadi tanggung jawab seluruh kader GMNI untuk
menegakkan kembali cita-cita sosialisme Indonesia tersebut demi amanat
penderitaan rakyat (AMPERA). Revolusi adalah pilihan perjuangan yang akan
dilakukan GMNI. Revolusi yang berarti perubahan secara cepat dan radikal;
revolusi yang tidak mengenal titik, melainkan terus mengalir sampai akhir
jaman (panta rhei); revolusi yang bersifat merombak mental dan moral bangsa
untuk dikembalikan kepada jati diri masyarakat marhaenis yaitu humanis, gotong
royong dan anti penindasan.
Dengan tugas dan tanggung jawab tersebut, maka GMNI
sebagai alat pendidikan kader harus mampu membentuk, menggembleng dan mencetak
generasi muda sebagai kader pelopor yang progressif, revolusioer dan radikal,
untuk memimpin jalannya revolusi dalam upaya mewujudkan sosialisme Indonesia
yaitu berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan
berkepribadian di bidang kebudayaan.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka
GMNI merasa perlu untuk menyusun Silabus Kaderisasi yang akan menjadi acuan
resmi organisasi sebagai upaya mencetak kader-kader yang diharapkan mampu menjadi
pelopor dan pemimpin revolusi Indonesia.
Dengan terbentuknya silabus kaderisasi, diharapkan
sistem pengkaderan GMNI akan lebih sistematis, terarah sehingga mendukung
terbentuknya kader-kader yang ideologis, progresif, revolusioner dan
berkepribadian. Untuk itu maka di dalam silabus kaderisiasi GMNI, sistem
pengkaderan diputuskan untuk dibagi dalam 4 tahapan kaderisasi yaitu :
1.
Pekan
Penerimaan Anggota Baru (PPAB);
2.
Kaderisasi
Tingkat Dasar (KTD);
3.
Kaderisasi
Tingkat Menengah (KTM);
4.
Kaderisasi
Tingkat Pelopor (KTP).
PEKAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU (PPAB)
Maksud
PPAB adalah masa penerimaan anggota baru GMNI yang
ditujukan kepada seluruh mahasiswa Indonesia. PPAB berfungsi sebagai alat
pengenalan organisasi kepada seluruh para calon anggota agar dapat memahami
peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab GMNI dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dengan pelaksanaan PPAB tersebut diharapkan para calon anggota akan
terbangun kesadarannya khususnya tentang kesadaran akan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai generasi muda terhadap masa depan dan cita-cita bangsa.
Tujuan
Tujuan PPAB adalah membangun instuisi kesadaran para
calon anggota. Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran akan ruang dan waktu
dimana calon anggota telah memahami dan meyakini bahwa membangun kehidupan
bangsa adalah benar-benar menjadi tugas dan tanggung jawabnya yang harus
diimplementasikan, dan GMNI adalah wadah dalam upaya mengimplementasikan tugas
dan tanggung jawabnya tersebut.
Materi
Selama pelaksanaan PPAB, para calon anggota diberikan
masukan-masukan materi yang diharapkan akan membantu para calon anggota dalam
membangun kesadaran dan visi akan peran dan tanggung jawabnya sebagai generasi
muda bangsa. Materi-materi tersebut antara lain :
Ke-GMNI-an; Nasionalisme dan Patriotisme Indonesia;
serta Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara.
Format Pengkaderan
Materi disampaikan dengan cara kuliah umum (ceramah).
Ceramah berfungsi sebagai alat pendorong dan stimulus pemikiran bagi para
calon anggota dalam upaya memahami materi dan persoalan yang diketengahkan. Materi
ceramah harus tetap berpijak pada teori dan realitas yang relevan agar mampu
dicerna secara baik oleh para calon anggota.
Metode kedua adalah dialog. Dialog tidak diartikan
pada sebatas proses tanya jawab antara pemateri dan calon anggota, tetapi dialog
diartikan sebagai proses tukar pikiran antara pemateri dan para calon anggota.
Proses dialog bertujuan untuk membangun keberanian para kader dalam
mengemukakan pemikiran-pemikirannya. Di samping itu, dengan dialog tersebut
panitia dapat melihat dan menilai tentang metode berpikir dan cara pandang yang
dipakai oleh calon anggota dalam menangkap dan menganalisa persoalan-persoalan
yang didasarkan pada materi yang mereka serap.
Metode ketiga adalah diskusi. Diskusi dilakukan dengan
cara memberikan sebuah persoalan kepada para calon anggota untuk dianalisa
dalam sebuah diskusi terbuka yang melibatkan pemateri, panitia dan para calon
anggota. Persoalan yang diberikan tetap harus diarahkan pada persoalan yang
masih berkaitan erat dengan materi-materi yang telah diberikan.
Dengan diskusi tersebut diharapkan para calon anggota
akan lebih mudah memahami dan menganalisa materi-materi yang telah diberikan
selama PPAB. Masa waktu pelaksanaan PPAB paling lama 2 (dua) hari.
Pelaksana
PPAB dilaksanakan oleh sebuah kepanitiaan yang
dibentuk dan disahkan oleh Pengurus Komisariat GMNI. PPAB dilaksanakan minimal
satu kali dalam satu periode kepengurusan komisariat. Kepanitiaan PPAB dapat
dibentuk dalam satu komisariat maupun lintas komisariat (kepanitiaan bersama).
Pelantikan peserta PPAB menjadi anggota GMNI dilakukan oleh Dewan Pimpinan
Cabang bersangkutan.
Kerangka Acuan
Materi Ke-GMNI-an
Materi ke-GMNI-an ditujukan untuk mengenalkan GMNI sebagai
organisasi kepada para calon anggota. Pengenalan organisasi GMNI tersebut
meliputi sejarah GMNI, AD/ART GMNI dan peran GMNI dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Kesejarahan GMNI ditinjau dari sejarah pertarungan ide
dan pemikiran yang bersifat ideologis. Dan GMNI adalah sebuah pilihan final
untuk mewadahi pertarungan ide dan pemikiran tersebut. Kesejarahan pertarungan
ide dan pemikiran itu dapat dianalisa dari runtutan kongres ke kongres dimana
di dalamnya terjadi dinamika gerakan dan perjuangan GMNI dalam upaya mewujudkan
cita-cita marhaenisme.
Pemberian materi AD/ART GMNI ditujukan untuk
mengenalkan sistem keorganisasian di tubuh GMNI, khususnya tentang aturan
hukum (rule of law) dan aturan main (rule of game) yang berlaku di GMNI. Dengan
pengenalan AD/ART tersebut maka para calon anggota diharapkan akan mampu
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan mekanisme keorganisasian
yang berlaku di tubuh GMNI. Pokok-pokok yang menjadi prioritas materi dalam
pengenalan AD/ART tersebut antara lain : pembukaan Anggaran Dasar yang
menerangkan tentang sifat dan watak perjuangan GMNI; asas organisasi yang
menerangkan tentang ideologi dan cita-cita GMNI, struktur keorganisasian yang
bersangkut paut pada pembagian tugas, kerja dan tanggung jawab tiap organ
kepengurusan di GMNI berdasarkan hirarkis keorganisasian, serta hak dan
kewajiban para anggota.
Peran GMNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
disampaikan dengan cara pengemukaan realitas perjuangan yang dilakukan GMNI
agar dapat lebih menggugah kesadaran dan semangat para calon anggota.
Pengemukaan realitas perjuangan dapat dilakukan dengan cara memberikan
contoh-contoh gerakan yang dilakukan GMNI baik skala nasional, regional maupun
lokal. Namun dari pengemukaan contoh tersebut, tetap lebih diprioritaskan pada
kasus-kasus lokal yang diperjuangkan oleh komisariat maupun DPC bersangkutan.
Sebab dengan pengemukaan kasus lokal tersebut propaganda dan indoktrinasi akan
lebih mudah ditangkap dan diterjemahkan oleh para calon anggota.
Dari uraian tersebut di atas, maka secara garis besar,
kerangka acuan materi ke-GMNI-an dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Sejarah lahirnya GMNI
2. Sejarah pertarungan ide dan
pemikiran GMNI
3. Watak dan cita-cita perjuangan GMNI
4. Asas dan asas perjuangan GMNI
5. Keorganisasian di tubuh GMNI
6. Peran dan tantangan yang dihadapi
oleh GMNI
Materi Nasionalisme dan Patriotisme
Indonesia
Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme Indonesia merupakan
materi yang ditujukan untuk memberikan pemahaman secara benar bagi para calon
anggota tentang roh dan jiwa nasionalisme Indonesia. Materi nasionalisme
dimulai dari tahapan sejarah munculnya nasionalisme dengan merujuk pada beberapa
tokoh seperti Ernest Renan, Otto Bauer, dan lain-lain.
Tahapan kedua pemberian materi
nasionalisme adalah tentang dinamika sejarah nasionalisme negara-negara di
dunia dengan mengemukakan minimal 4 (empat) kejadian sejarah penting yaitu :
perang di
awal abad XI (perang antar agama),
perang di
abad pertengahan,
perang dunia
I dan perang dunia II
Perang antar
agama di abad XI
ditujukan untuk memberikan pemahaman
kepada para calon anggota seobyektif-obyektifnya tentang motif-motif yang
melandasi peperangan tersebut, apakah benar atas dasar nasionalisme-agama,
ataukah hanya kepentingan perluasan ekspansi kekuasaan masing-masing pihak;
- Peperangan yang terjadi di abad pertengahan
ditujukan untuk mengetahui karakteristik nasionalisme yang mewarnai pada
masa itu, dengan merujuk pada penganalisaan slogan gold, glory and gospel;
- Perang dunia I juga ditujukan untuk mengetahui motif
dan karakteristik nasionalisme yang melandasi semangat masing-masing
negara pada masa itu;
- Perang dunia II ditujukan untuk mengetahui tentang
karakteristik nasionalisme chauvinistik khususnya di Jerman, Italia, dan
Jepang.
Tahapan ketiga adalah pengetengahan sejarah munculnya
nasionalisme di Indonesia beserta ciri dan karakterinya. Pemberian materi
nasionalisme Indonesia lebih di titik beratkan pada pembahasan mengenai ide dan
pemikiran Sukarno tentang nasionalisme Indonesia, dimulai dari tokoh yang mengilhami
Sukarno, teori yang dipakai oleh Sukarno dan realitas politik yang mendukung
pemikiran Sukarno pada saat itu.
Tahapan keempat adalah studi komparasi antara
nasionalisme barat khususnya di eropa pada masa abad pertengahan dengan
nasionalisme Indonesia, agar para calon anggota dapat mengetahui letak
perbedaan dan kesamaannya.
Patriotisme Indonesia
Materi patriotisme adalah materi yang mempelajari
pemikiran-pemikiran founding fathers di Indonesia. Tokoh-tokoh yang dibahas
nantinya adalah pemikiran Cokroaminoto, Sukarno, Sema’un, Tan Malaka, Syahrir
dan Hatta. Pemikiran para tokoh yang diambil dan dibahas tersebut menyangkut
visi kebangsaan beserta cara, sikap dan cita-cita perjuangannya menghadapi
kolonialisme dan imperialisme di Indonesia.
Pemikiran dari Cokroaminoto ditekankan pada
konsep-konsep pemikiran dan perjuangannya tentang Islam dalam menghadapi
kolonialisme imperialisme Belanda. Disamping itu perlu pula mengangkat
perbedaan pemikiran antara Cokroaminoto dengan Sema’un dan Haji Misbach sehingga
berakibat pecahnya SI menjadi SI merah dan SI putih.
Pemikiran dari Sukarno ditekankan pada konsep
persatuan Sukarno dengan merujuk pada tulisannya berjudul “Nasionalisme,
Islamisme dan Marxisme” (DBR I). Disamping itu perlu pula untuk sedikit memberikan
gambaran perbedaan pemikiran antara Sukarno dan Hatta tentang taktik dan
strategi perjuangan meraih Indonesia merdeka.
Pemikiran dari Moh. Hatta ditekankan pada
konsep-konsepnya tentang membangun bangsa Indonesia baik dari sistem politik
dan sistem ekonomi kerakyatan yang digagas dan dikembangkannya lewat sistem
koperasi. Pemikiran Hatta lainnya adalah menganalisa pandangan-pandangan Hatta
tentang marxisme.
Pemikiran dari Sema’un ditekankan pada pandangan dan
cita-citanya dalam upaya membangun masyarakat Indonesia menjadi masyarakat
komunis. Selain itu, perlu juga diketengahkan perbedaan prinsip antara
pemikiran Sema’un cs dan Tan Malaka sehingga berakibat keluarnya Tan Malaka
dari Partai Komunis Indonesia dan mendirikan partai baru (PARI dan MURBA).
Pemikiran Tan Malaka yang perlu diketengahkan adalah
pengantar dasar dari teori Madilog (materialisme, dialektika dan logika) yang
dikembangkan oleh Tan Malaka, dan pandangan-pandangannya tentang Republik (Res
Publika) dan ketidaksepakatannya terhadap PKI yang mencoba menganut pola
pemerintahan Uni Sovyet (lihat : tulisan Tan berjudul Uni Sovyet atau
Parlementer).
Pemikiran dari Sahrir yang perlu diangkat adalah
pokok-pokok pikirannya tentang sosialisme, serta sifat dan pola gerakan yang
digunakannya dalam menghadapi kolonialisme dan imperialisme di Indonesia. Hal
lain yang perlu untuk ikut dibahas adalah tentang pandangan Sahrir terhadap
Sukarno dan Hatta.
Setelah pembahasan pemikiran para tokoh tersebut,
kemudian dilanjutkan pada analisa komparatif pemikiran para tokoh untuk
mengetahui secara jelas letak perbedaan dan kesamaannya.
Dari uraian tersebut di atas, maka secara garis besar
kerangka acuan materi “Nasionalisme dan Patriotisme Indonesia” dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Nasionalisme Indonesia
1. Sejarah lahirnya nasionalisme di dunia
2. Teori dan tokoh nasionalisme
- Ernest Renan
- Otto Bauer
- Gandhi
(jika dipandang perlu, teori dan tokoh dapat ditambah
oleh pemateri)
3. Sejarah peperangan dunia dan nasionalisme
4. Sejarah nasionalisme Indonesia
5. Karakteristik nasionalisme Indonesia
6. Studi komparasi nasionalisme barat (eropa) dan
nasionalisme Indonesia
Patriotisme Indonesia
1. Ide dan pemikiran founding fathers
- Cokroaminoto (pandangannya tentang Islam sebagai
alat perjuangan)
- Sukarno (nasionalisme dan marhaenisme)
- Tan Malaka (madilog dan res publica)
- Sema’un (marxisme/komunisme)
- Syahrir (sosialisme kerakyatan)
- Hatta (ekonomi kerakyatan dan sosialisme)
(jika dipandang perlu, teori dan tokoh dapat ditambah
oleh pemateri)
2. Analisa komparatif pemikiran antara founding father
- Sukarno dan Hatta
- Sema’un dan Tan Malaka
- Sukarno dan Sahrir
- Sukarno dan Tan Malaka
- Sukarno dan Sema’un – Alimin – Muso
Materi Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Materi “Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara” dimulai dari sejarah kebangkitan pemuda
pada masa pra kemerdekaan sampai saat ini. Penyampaian sejarah gerakan pemuda
pra kemerdekaan dimulai dari Budi Utomo, Sumpah Pemuda sampai Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Penyampaian sejarah gerakan pemuda tersebut
dititik beratkan pada sejarah ide, pemikiran, platform dan paradigma yang
berkembang di kalangan pemuda saat itu.
Penyampaian sejarah gerakan pemuda pasca kemerdekaan
dimulai dari gerakan mahasiswa angkatan 66, gerakan mahasiswa tahun 70-an,
gerakan mahasiwa tahun 80-an sampai pada masa gerakan reformasi 1998. Pola
penyampaian dilakukan dengan cara menggunakan metode analisa komparatif masing-masing
gerakan, meliputi : karakter gerakan, paradigma gerakan, dan strategi gerakan
di masing-masing elemen. Dengan analisa komparatif di atas diharapkan para
calon anggota akan mampu melihat dan menilai letak kegagalan dan keberhasilan
peran pemuda di masing-masing angkatan, baik pada masa pra kemerdekaan sampai
masa paska kemerdekaan.
Tahapan pemberian materi selanjutnya adalah mengajak
calon anggota untuk menelusuri dasar-dasar ideologi yang mewarnai platform dan
paradigma gerakan di tiap-tiap angkatan. Penelusuran ideologi tersebut dapat
dilakukan dengan merujuk pada cita-cita, paradigma dan metode yang dipakai oleh
tiap-tiap angkatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara garis besar,
kerangka acuan materi “Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat
Berbangsa dan Bernegara” dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam perspektif sejarah
- Budi Utomo
- Konggres Pemuda II (Sumpah Pemuda)
- Lahirnya Pancasila
- Proklamasi Kemerdekaan
2. Paradigma gerakan pemuda dan mahasiswa
- pandangan dan cita-cita
- ideologi yang berkembang
3. Analisa komparatif gerakan mahasiswa 66, 70, 80 dan
98 meliputi :
- sikap terhadap kekuasaan
- cita-cita dan paradigma tiap-tiap gerakan/angkatan
- metode dan pola gerakan ditiap-tiap angkatan
4. Keberhasilan dan kegagalan gerakan pemuda dan
mahasiswa
KADERISASI TINGKAT DASAR (KTD)
Maksud
Kaderisasi Tingkat Dasar adalah proses pengkaderan
tingkat pertama yang ditujukan bagi mahasiswa yang telah disahkan sebagai anggota
GMNI melalui PPAB. KTD mengutamakan proses pengenalan ideologi kepada para
calon kader sehingga dapat memahami marhaenisme secara menyeluruh, tidak
tekstual dan parsial. Dengan pemahaman ideologi yang baik, maka para kader
diharapkan akan mampu melaksanakan perjuangan secara konsisten mulai dari
metode berpikir yang dipakai, pola gerakan yang digunakan serta disiplin
gerakan yang dianut, kesemuanya akan selalu bersumber pada satu roh ideologi
yaitu marhaenisme.
Tujuan
Tujuan pokok dari KTD adalah menyiapkan para anggota
GMNI menjadi kader yang memahami, meyakini dan mampu memanifestasikan
marhaenisme dalam kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Oleh karena itu,
maka KTD akan berfungsi sebagai proses indoktrinasi kader untuk merubah sikap,
mental, kepribadian dan cara berpikir para calon kader agar menjadi kader yang
ideologis, progressif, revolusioner dan berkepribadian.
Materi
Selama proses KTD, para calon kader akan mendapatkan
materi yang akan menunjang penggemblengan diri anggota menjadi kader.
Materi-materi tersebut antara lain meliputi : Marhaenisme; Metode Berpikir
Marhaenisme; Nasionalisme Indonesia; Sosiologi dan Analisa Sosial;
Keorganisasian; Konstalasi Politik Nasional; dan Ke-GMNI-an.
Disamping materi pokok di atas, di dalam KTD juga akan
diberikan materi pendukung, antara lain : materi-materi lokal yang disesuaikan
dengan geografis dan geopolitik di tiap-tiap daerah bersangkutan. Materi
pendukung lainnya adalah materi tentang dinamika kelompok dan dinamika
pergerakan.
Format Pengkaderan
Kaderisasi Tingkat Dasar diharapkan dapat dilaksanakan
di tempat-tempat terbuka yang bernuansa alam namun jauh dari keramaian (pantai,
hutan, pegunungan, dan lain-lain).
Pemilihan tempat tersebut bertujuan untuk memudahkan
proses indoktrinasi kepada para calon kader, dengan asumsi bahwa para calon
kader akan dapat lebih mengkonsentrasikan pikirannya tanpa harus terganggu oleh
pikiran-pikiran lain yang justru semakin melemahkan mental dan pikiran calon
kader. Indoktrinasi yang ditekankan adalah indoktrinasi tentang penindasan dan
kesengsaraan yang dihadapi oleh rakyat melalui simbolisasi dan simulasi
(modellings) kepada para calon kader. Simbolisasi dan simulasi tersebut harus
diimbangi pendekatan emosional dan psikologis kepada seluruh calon kader dengan
cara-cara kontemplatif.
Penyampaian materi dilakukan dengan cara pemberian
ceramah, dialog dan diskusi. Ceramah berfungsi sebagai alat pendorong dan
stimulus pemikiran bagi para calon kader dalam upaya memahami materi dan
persoalan yang diketengahkan. Materi ceramah harus tetap berpijak pada teori
dan realitas yang relevan agar mampu dicerna secara baik oleh para calon
anggota.
Metode kedua adalah dialog. Dialog tidak diartikan
hanya sebatas proses tanya jawab antara pemateri dan calon kader, tetapi lebih
diartikan sebagai proses tukar pikiran (sharing) antara pemateri dan para calon
kader. Proses dialog bertujuan untuk membangun keberanian para kader dalam
mengemukakan pemikiran-pemikirannya. Disamping itu, dengan dialog tersebut
panitia dapat melihat dan menilai tentang metode berpikir dan cara pandang yang
dipakai oleh calon kader dalam menangkap dan menganalisa persoalan-persoalan
yang didasarkan pada materi yang mereka serap.
Metode ketiga adalah diskusi. Diskusi dilakukan dengan
cara memberikan sebuah persoalan kepada para calon kader untuk dianalisa dalam
sebuah diskusi terbuka yang melibatkan pemateri, panitia dan para calon
anggota. Persoalan yang diberikan tetap harus diarahkan pada persoalan yang
masih berkaitan secara erat dengan materi-materi yang telah diberikan. Dengan
diskusi tersebut diharapkan para calon kader akan lebih mudah memahami dan
menganalisa materi-materi yang telah diberikan selama KTD.
Masa waktu pelaksanaan KTD minimal 3 (tiga) hari. Jika
pemberian materi dinilai tidak memiliki cukup waktu, maka KTD dapat
diperpanjang menjadi 5 (lima) hari.
Pelaksana
Kaderisasi Tingkat Dasar dilaksanakan oleh sebuah
kepanitiaan yang dibentuk dan disahkan oleh Pengurus Komisariat atau Dewan
Pimpinan Cabang. KTD dilaksanakan minimal satu kali dalam satu periode
kepengurusan komisariat. Kepanitiaan KTD dapat dibentuk dalam satu komisariat
maupun lintas komisariat (kepanitiaan bersama). Pelantikan anggota menjadi
kader GMNI dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang bersangkutan disaksikan oleh
Koordinator Daerah.
Kerangka Acuan
Materi Marhaenisme
Pemberian materi marhaenisme dimulai dari sejarah
munculnya marhaenisme di Indonesia. Proses sejarah tersebut dikaitkan dengan
pandangan-pandangan Sukarno tentang realitas sejarah kolonialisme dan
imperialisme di Indonesia pada masa pra kemerdekaan yang berakibat pada
penindasan dan penghisapan kehidupan rakyat.
Sejarah munculnya marhaenisme juga ditinjau dari
ide-ide yang mengilhami pemikiran Sukarno sehingga menemukan marhaenisme
tersebut.
Pengenalan materi marhaenisme dimulai dengan
menerangkan 3 (tiga) pokok intisari marhaenisme yaitu : sosio-nasionalisme,
sosio-demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sosio nasionalisme adalah
pandangan hidup yang menjelaskan tentang watak nasionalisme Indonesia. Sosio
demokrasi adalah sistem sosial politik dan sosial ekonomi yang berdasarkan pada
sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah
Ketuhanan masyarakat Indonesia yang berkebudayaan (DBR I dan Lahirnya
Pancasila).
Setelah calon anggota memahami isi daripada
marhaenisme, materi selanjutnya adalah pengenalan tentang marhaenisme sebagai
asas (ideologi) dan asas perjuangan. Marhaenisme sebagai asas adalah pandangan
dan cita-cita hidup yang harus dipegang teguh oleh seluruh kader GMNI.
Marhaenisme sebagai asas perjuangan adalah cara dan upaya dalam
mewujudkan cita-cita masyarakat Indonesia yang bersumber pada marhaenisme.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara garis besar,
kerangka acuan materi “Marhenisme” dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Sejarah lahirnya marhaenisme
- Realitas sejarah kapitalisme dan imperialisme di
Indonesia
- Marhaenisme sebagai satu keharusan sejarah
(historische notwendeig)
- Marhaenisme dan jiwa kehidupan rakyat Indonesia
- Marhaenisme dan feodalisme di Indonesia
b. Marhaenisme sebagai antitesa kapitalisme
c. Marhaenisme sebagai asas (ideologi)
- sosio nasionalisme
- sosio demokrasi
- Ketuhanan Yang Maha Esa
d. Marhaenisme sebagai asas perjuangan
- Machtvorming dan machtanwending
- Non Kooperasi dan gerakan revolusioner
- Massa Aksi dan Masalle Actie
- Self reliance dan self help
Materi Metode Berpikir Marhaenisme
Materi metode berpikir marhaenisme diawali dari
sejarah perkembangan pemikiran manusia sebagai kata pengantar, yang dimulai
dari kehidupan filsafat masa Yunani kuno (Heraclitus, Parmanides, Socrates,
Aristoteles dan Plato). Ruang lingkup materi filsafat Yunani kuno tersebut
lebih ditekanan pada pokok-pokok pikiran tentang kosmologi dan epistemologi
demi memudahkan para calon kader untuk meruntut sejarah perkembangan pemikiran
manusia.
Setelah kata pengantar, materi dilanjutkan dengan
dasar-dasar filsafat Hegel terutama tentang historische materialisme untuk
memberikan pemahaman dasar tentang cara berpikir dialektis dalam menangkap fenomena
dan realitas sejarah. Pemikiran Hegel lainnya yang perlu diketengahkan dalam
materi KTD adalah teori “idealisme absolute” Hegel tentang alam dan Tuhan.
Pemikiran idealisme absolute Hegel tersebut kemudian
dikomparasikan dengan pemikiran Feurbach tentang manusia dan Tuhan. Materi
Feurbach tersebut dianggap sebagai satu sejarah penting yang perlu disampaikan
karena memang pada masa Ferubach-lah filsafat materialisme mulai berkembang
sebagai wujud kritik dan ketidak puasan terhadap filsafat idealisme yang
dikembangkan Hegel.
Setelah pemberian materi tentang Feurbach, barulah
diberikan pemikiran- pemikiran Karl Marx yang menyempurnakan pemikiran Feurbach
dan Hegel dengan teori yang disusunnya yaitu materialisme sejarah dan
materialisme dialektika. Historis materialisme dan materialisme dialektika yang
dikembangkan oleh Marx dan Engel tersebut kemudian dikomparasikan dengan
filsafat idealisme Hegel untuk dianalisa guna melihat letak perbedaan-perbedaan
prinsipnya.
Materi berikutnya adalah tentang materialisme sejarah
dan materialisme dialektika yang diterapkan dan disempurnakan oleh Sukarno ke
dalam tubuh marhaenisme sebagai pisau analisa untuk membedah
persoalan-persoalan dalam sejarah kehidupan masyarakat Indonesia. Setelah
pemberian materi tersebut, pemateri harus mengkomparasikan antara pemikiran
materialisme dialektika Sukarno dengan Marx untuk mengetahui letak perbedaan
dan kesamaan prinsipnya.
Pola komparasi dilakukan dengan mengaitkan secara
langsung dengan latar belakang sejarah yang terjadi pada masa Marx dan masa
Sukarno.
Setelah uji komparatif tersebut, materi selanjutnya
adalah pengenalan kepada para calon kader tentang cara-cara menggunakan
materialisme dialektika sebagai pisau analisa dengan mendasarkan pada realitas
kehidupan masyarakat yang terjadi di Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka secara garis
besar kerangka acuan materi “metode berpikir marhaenisme” dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Pengantar : Perkembangan sejarah pemikiran manusia
- Heraclitus dan Parmanides
- Socrates, Plato dan Aristoteles
b. Kerangka pemikiran George Frederich Hegel
- Idealisme absolut
- Materialisme sejarah
c. Kerangka pemikiran Ludwig Feurbach
- Kritik Feurbach tentang idealisme absolut Hegel
d. Analisa komparatif filsafat idealisme Hegel dan
materialisme Feurbach
- Pandangan Hegel dan Feurbach tentang manusia dan
Tuhan
e. Kerangka pemikiran Karl Marx
- Pandangan Marx terhadap materialisme sejarah Hegel
- Pandangan Marx terhadap Feurbach
- Materialisme dialektika dan hukum kontradiksi Karl
Marx
f. Metode berpikir marhaenisme
- Marhaenisme dan filsafat idealisme
- Marhaenisme dan filsafat materialisme
- Filsafat marhaenisme
- Materialisme sejarah dan materialisme dialektika
dalam roh marhaenisme
Cara menggunakan materialisme dialektika sebagai pisau
analisa dengan mendasarkan pada realitas kehidupan masyarakat yang terjadi di
Indonesia.
Materi Nasionalisme Indonesia
Materi nasionalisme Indonesia merupakan pendalaman
atas materi nasionalisme yang diberikan selama masa PPAB. Materi nasionalisme
tetap mencakup materi yang dimulai dari tahapan sejarah munculnya nasionalisme
di dunia yang dimulai dari awal abad XI (perang antar agama), kemudian
perang di abad pertengahan, sampai perang dunia I dan perang dunia II.
- Perang antar agama di abad IX ditujukan untuk
mengetahui tentang motif-motif yang melandasi peperangan tersebut, apakah benar
atas dasar kepentingan agama, ataukah hanya sebatas kepentingan
perluasan/ekspansi kekuasaan masing-masing pihak. Peperangan yang terjadi di
abad pertengahan ditujukan untuk mengetahui karakteristik nasionalisme yang
mewarnai pada masa itu dengan cara mengkritisi tujuan-tujuan dari peperangan
itu sendiri.
Begitu pula dengan Perang dunia I dan Perang dunia II
yang juga ditujukan untuk mengetahui kadar karakteristik nasionalisme yang
melandasi semangat masing-masing negara sehingga memunculkan peperangan antar
negara tersebut.
Tambahan materi nasionalisme dalam KTD adalah analisa
komparatif antara nasionalisme yang berkembang di negara-negara kapitalis
(liberal), negara-negara penganut faham teologis (keagamaan), negara-negara
komunis, negara-negara monarki, dan negara-negara facis. Dari analisa
komparatif tersebut kemudian direlevansikan dengan nasionalisme yang berkembang
di Indonesia terutama mengenai karakter dan cita-cita masing-masing
nasionalisme.
Materi tambahan lainnya tentang nasionalisme adalah
penjelasan tentang tantangan tantangan nasionalisme Indonesia menghadapi neo
liberalisme, kosmopolitisme dan etnonasionalisme.
Berdasarkan uraian di atas maka Kerangka Acuan materi
“Nasionalisme Indonesia” secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Sejarah lahirnya nasionalisme di dunia
2. Teori dan tokoh nasionalisme
- Ernest Renan
- Otto Bauer
- Gandhi
(jika dipandang perlu, teori dan tokoh dapat ditambah
oleh pemateri)
3. Sejarah peperangan dunia dan nasionalisme
4. Karakteristik nasionalisme negara-negara dunia
- Nasionalisme di negara kapitalis (liberalis)
- Nasionalisme di negara komunis
- Nasionalisme di negara facis
- Nasionalisme di negara monarki
- Nasionalisme di negara keagamaan
5. Karakteristik nasionalisme Indonesia
6. Studi komparasi nasionalisme Indonesia dan
nasionalisme negara-negara lain
7. Tantangan nasionalisme Indonesia
- Nasionalisme Indonesia dan neo liberalisme
- Nasionalisme Indonesia dan kosmopolitisme
- Nasionalisme Indonesia dan etnonasionalisme
Materi Sosiologi dan Analisa Sosial
Materi sosiologi dimulai dengan pemberian teori-teori
sosial terutama tentang (3) mazhab teori sosial modern yang berkembang saat
ini, yaitu : mazhab positivisme dengan tokohnya Emille Durkheim, mazhab
konvensionalisme (Max Weber), dan mazhab realisme (Karl Marx).
Mazhab positivisme diarahkan pada pandangan Durkheim
dalam melihat realitas sosial masyarakat terutama tentang persoalan-persoalan
yang ada di dalam masyarakat tersebut (pranata sosial, perilaku ekonomi,
solidaritas sosial, dan lain-lain). Mazhab konvensionalisme diarahkan pada
pandangan Weber tentang spirit protestan (peran agama dalam perilaku ekonomi
masyarakat) dan birokrasi. Mazhab realisme diarahkan pada pandangan-pandangan
Marx tentang kontradiksi kelas akibat sistem ekonomi kapitalisme.
Dari ketiga mazhab tersebut kemudian dikomparasikan
untuk dilihat letak perbedaan-perbedaan prinsipnya sekaligus melihat kelemahan
dan keunggulan masing-masing mazhab.
Setelah ketiga mazhab tersebut dikomparasikan satu
sama lain, maka kemudian dikomparasikan ulang dengan marhaenisme untuk melihat
mazhab mana yang cocok dan sesuai dengan ideologi marhaenisme.
Materi analisa sosial adalah follow up dari materi
sosiologi. Pemberian materi analisa sosial disampaikan dengan cara
mengungkapkan realitas sosial, minimal mencakup 4 (empat) sektor komunitas
antara lain : petani, buruh, nelayan dan komunitas miskin kota. Dari tiap-tiap
sektor tersebut, para peserta diajak melakukan pemetaan (maping) untuk
mengidentifikasi variabel-variabel pokok dan tidak pokok tentang
persoalan-persoalan yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Pemetaan tersebut bertujuan untuk membantu para
peserta dalam upaya pengorganisiran massa (machtvorming) nantinya. Dengan
pemetaan, maka para peserta akan dapat memahami akar persoalan yang sebenarnya
dihadapi oleh masyarakat. Dengan pemetaan, peserta juga akan dapat membedakan
variabel-variabel pendukung dan variabel-variabel penghambat yang nantinya akan
dihadapi dalam proses pengorganisiran nanti. Cara pemetaan tetap menggunakan
pisau analisa dari mazhab realisme sebagai satu mazhab yang relevan dengan
ideologi marhaenisme.
Di dalam materi analisa sosial, juga dipandang perlu
untuk memberikan materi tentang cara-cara pengorganisiran secara mendasar
terutama tentang pola integrasi, agitasi dan propaganda untuk tujuan “massa
aksi” yang radikal dan revolusioner. Pola integrasi bersangkut paut dengan cara
kader dalam memasuki sebuah komunitas sektoral. Pola integrasi ditekankan pada
pentingnya “bunuh diri kelas” agar tidak menjadi hambatan ketika leave in di
masyarakat.
Bunuh diri kelas yang dimaksud adalah beradaptasi
secara total dengan segala pola perilaku komunitas (adat istiadat) dan tidak
menunjukkan identitas kader yang sebenarnya. Sebab bagaimanapun, identitas
sosial yang dimiliki seorang kader adalah identitas sosial yang diidentifikasi
sebagai kelas menengah dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka secara garis
besar Kerangka Acuan materi “sosiologi dan analisa sosial” dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Teori sosial modern
- Positivisme Emille Durkheim
- Konvensionalisme Max Weber
- Realisme Karl Marx
2. Komparasi tiga (3) mazhab teori sosial
3. Analisa komparatif tiga (3) mazhab dengan
marhaenisme
4. Pemetaan organ sektoral
- Kehidupan petani, buruh tani dan buruh perkebunan
- Kehidupan Buruh manufaktur/industri
- Nelayan dan buruh nelayan
- Komunitas miskin kota
5. Cara-cara pengorganisiran
Materi Keorganisasian
Materi keorganisasian adalah materi yang mengenalkan
kepada calon kader tentang arti sebuah organisasi yang mencakup bentuk-bentuk
organisasi, jenis-jenis organisasi dan fungsi organisasi. Bentuk-bentuk
organisasi disampaikan dengan cara menjelaskan bentuk perbedaan antara
organisasi dengan non organisasi. Jenis-jenis organisasi disampaikan dengan
cara membedakan pola dan sistematika hirarkis keorganisasian di tiap-tiap
organisasi yang ada.
Setelah penyampaian materi tersebut, calon kader
diwajibkan melakukan identifikasi pada masing-masing organisasi yang ada untuk
membedakan organisasi mana yang evolutif, tidak memiliki paradigma dan
cita-cita, dengan organisasi mana yang revolusioner, berparadigma dan memiliki
landasan ideologi yang kuat. Setelah pengenalan dan identifikasi tiap-tiap
organisasi, calon kader kemudian diajak untuk mengidentifikasi GMNI sebagai
organisasi yang ditinjau dari ideologi dan sistematika keorganisasian yang
berlaku di AD/ART.
Dengan identifikasi tersebut diharapkan para calon
kader akan dapat memahami lebih baik lagi tentang bentuk, jenis dan fungsi
keorganisasian di tubuh GMNI.
Materi keorganisasian tersebut kemudian direlevansikan
dengan peran dan posisi GMNI sebagai alat perjuangan dan sentral gerakan. GMNI
sebagai alat perjuangan berarti GMNI adalah alat untuk mewujudkan cita-cita
bersama yaitu terwujudnya masyarakat sosialis Indonesia.
GMNI sebagai sentral gerakan berarti GMNI adalah titik
pusat dari segala gerakan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Tambahan materi keorganisasian lainnya adalah materi
manajemen organisasi dan teori kepemimpinan. Materi manajemen organisasi
bersangkut paut pada rule of law dan rule of game di tubuh GMNI sebagai sebuah
organisasi. Materi teori kepemimpinan bersangkut paut pada tipe tipe
kepemimpinan dengan cara mencontohkan pola-pola kepemimpinan yang ada dalam
perkembangan sejarah yang kemudian dikaitkan dengan budaya-budaya kekuasaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara garis bersar
Kerangka Acuan materi “Keorganisasian” dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pengenalan organisasi
- Bentuk organisasi
- Jenis organisasi
- Fungsi organisasi
2. Identifikasi organisasi
2. GMNI sebagai organisasi
- GMNI sebagai alat perjuangan
- GMNI sebagai sentral gerakan
3. Manajemen organisasi
4. Teori kepemimpinan
- Pola-pola kepemimpinan dalam perkembangan sejarah
- Pola kepemimpinan dan budaya kekuasaan
Materi Konstalasi Politik Nasional
Materi konstalasi politik nasional adalah materi yang
mencakup perkembangan politik ketatanegaraan di Indonesia selama sejarah
Indonesia berdiri. Politik ketatanegaraan minimal mencakup hal-hal mengenai :
dinamika demokrasi Indonesia dan dinamika politik pemerintahan di Indonesia.
Dinamika demokrasi di Indonesia ditekankan pada
analisa komparatif antara sistem demokrasi (demokrasi politik dan demokrasi
ekonomi) yang diterapkan oleh setiap rejim pemerintahan di Indonesia, mulai
dari masa Sukarno sampai pada kepemimpinan nasional terakhir. Analisa
komparatif tersebut merupakan derivasi dari teori-teori demokrasi yang minimal
mencakup 5 (lima) contoh pola demokrasi yang ada di dunia antara lain :
demokrasi terpimpin negara komunis, demokrasi terpimpin negara monarki
konstitusional, demokrasi terpimpin negara-negara keagamaan, demokrasi liberal
negara kapitalis dan demokrasi Pancasila sendiri. Dengan analisa komparatif
tersebut, nantinya akan dapat diketahui sistem demokrasi apa yang dipakai dan
dikembangkan oleh setiap rejim pemerintahan di Indonesia, sekaligus untuk
memahami letak keburukan dan kebaikan dari sistem demokrasi yang diterapkan
tersebut.
Materi dinamika politik pemerintahan di Indonesia
mencakup materi tentang analisa kekuasaan dengan cara menganalisa
kebijakan-kebijakan pemerintah (kekuasaan) sebagai stakeholder untuk dianalisa
motif dan tujuannya besarta pengaruh dan implikasinya terhadap kehidupan
rakyat. Kebijakan-kebijakan tersebut kemudian diidentifikasi ke dalam
turunanturunan ideologi agar diketahui dasar-dasar dan muatan kepentingan yang
mewarnai kebijakan tersebut. Dengan proses identifikasi itu diharapkan nantinya
para kader akan mampu menjawab pertanyaan: apakah kebijakan itu benar-benar
untuk kepentingan hidup rakyat ataukah hanya sebatas kepentingan kapitalisme
dan kekuasaan.
Materi konstelasi politik nasional juga dapat
ditambahkan dengan pemetaan (maping) potensi-potensi kekuatan yang berkembang
dan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan rakyat, baik partai politik, LSM,
organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan, maupun
organ-organ kekuatan lainnya. Tujuan pemetaan tersebut adalah untuk mengetahui
mana kawan taktis dan mana kawan strategis serta mana lawan taktis dan mana
lawan strategis sehingga memudahkan kader dalam proses membangun machtvorming.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara garis besar
Kerangka Acuan dari materi “Konstelasi Politik Nasional” dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Sistem demokrasi negara-negara dunia
- demokrasi terpimpin di negara komunis
- demokrasi terpimpin di negara monarki
- demokrasi terpimpin di negara keagamaan
- demokrasi liberal di negara kapitalis
2. Demokrasi Pancasila
3. Dinamika demokrasi di Indonesia
- Analisa komparatif demokrasi dalam setiap
kepemimpinan nasional (masa Sukarno sampai masa kepemimpinan nasional terakhir)
- Analisa komparatif dinamika perkembangan sistem
demokrasi Indonesia dengan sistem
demokrasi negara-negara di dunia
4. Dinamika politik pemerintahan di Indonesia
- Identifikasi dan analisa atas kebijakan-kebijakan
publik
5. Pemetaan kekuatan organ
- Kawan taktis dan kawan strategis
- Lawan taktis dan lawan strategis
Materi Ke-GMNI-an
Materi ke-GMNI-an merupakan pendalaman dari materi
ke-GMNI-an yang sebelumnya telah diberikan selama masa PPAB. Materi ke-GMNI-an
di dalam KTD meliputi sejarah GMNI, AD/ART GMNI, serta peran dan tanggung jawab
GMNI dalam mengemban cita-cita marhaenisme.
Kesejarahan GMNI ditinjau dari sejarah pertarungan ide
dan pemikiran yang bersifat ideologis. Dan GMNI adalah sebuah pilihan final
untuk mewadahi pertarungan ide dan pemikiran tersebut. Kesejarahan pertarungan
ide dan pemikiran itu ditinjau dari runtutan kongres ke kongres dimana di
dalamnya dipenuhi oleh dinamika gerakan dalam upaya mewujudkan cita-cita
marhaenisme.
Pemberian materi AD/ART GMNI ditujukan untuk
mengenalkan sistem keorganisasian di tubuh GMNI secara lebih mendalam,
khususnya tentang aturan hukum (rule of law) dan aturan main (rule of game)
yang berlaku di GMNI. Dengan pengenalan AD/ART tersebut maka para calon kader
akan dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara baik sesuai dengan
mekanisme keorganisasian yang berlaku di GMNI, khususnya mengenai hak dan
kewajiban sebagai anggota GMNI. Item-item yang menjadi prioritas materi dalam
pengenalan AD/ART tersebut antara lain : pembukaan Anggaran Dasar yang menerangkan
tentang sifat dan watak perjuangan GMNI; asas organisasi yang menerangkan
tentang ideologi dan cita-cita GMNI, struktur keorganisasian yang bersangkut
paut pada pembagian tugas, kerja dan tanggung jawab tiap organ kepengurusan di
GMNI berdasarkan hirarkis keorganisasian yang berlaku, serta hak dan kewajiban
para anggota.
Materi tentang Pembukaan Anggaran Dasar disampaikan
untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada kader tentang cita-cita,
watak dan sifat gerakan di dalam tubuh GMNI. Materi tentang asas ditekankan
pada alasan-alasan ideologis penggunaan marhaenisme sebagai asas dan asas
perjuangan. Materi tentang struktur keorganisasian menjelaskan tentang
sistematika keorganisasian di tubuh GMNI mulai dari tingkat teratas yaitu
lembaga kepresidiuman sampai tingkat terendah yaitu komisariat. Penjelasan
tentang struktur keorganisasian tersebut bertujuan agar kader dapat memahami
tentang maksud dan tujuan dibentuknya struktur keorganisasian yaitu untuk
memudahkan langkah-langkah gerakan dengan cara pembagian peran, tugas, dan
tanggung jawab sebagai sebuah organisasi formal.
Dari uraian tersebut di atas, maka secara garis besar,
Kerangka Acuan materi ke-GMNI-an dapat dijelaskkan sebagai berikut :
1. Sejarah lahirnya GMNI
2. Sejarah pertarungan ide dan pemikiran GMNI
3. Watak perjuangan GMNI
4. Asas dan asas perjuangan GMNI
5. Sejarah perjuangan GMNI
6. Tantangan yang dihadapi oleh GMNI
7. Keorganisasian GMNI (AD/ART)
KADERISASI TINGKAT MENENGAH (KTM)
Maksud
Kaderisasi Tingkat Menengah adalah proses pengkaderan
tingkat kedua bagi kader GMNI yang telah lulus dari Kaderisasi Tingkat Dasar.
KTM memiliki maksud untuk menguji tingkat wacana dan cara berpikir kader yang
dikaitkan langsung dengan ideologi marhaenisme. Pelaksanaan KTM juga sekaligus
mengolah seluruh wacana (teori) yang dikuasai para kader untuk disinergikan
sesuai dengan roh dan jiwa marhaenisme, sehingga tidak paradoks jika
diimplementasikan dalam langkah-langkah perjuangan.
Tujuan
Tujuan Kaderisasi Tingkat Menengah adalah menyiapkan
para kader menjadi kader pelopor yang siap menjadi motor penggerak perjuangan
untuk memimpin rakyat menuju revolusi demi terwujudnya cita-cita sosialisme
Indonesia. Oleh karena itu, maka para tiap-tiap kader yang telah lulus dari KTM
diharapkan telah mampu memegang kantung-kantung massa dan melakukan
pengorganisiran di tiap kantung-kantung massa tersebut.
Format Pengkaderan
Pengkaderan diharapkan dapat dilakukan di
tengah-tengah komunitas masyarakat marjinal dan tertindas, misalnya
perkampungan masyarakat miskin pedesaan, perkampungan kumuh masyarakat miskin
perkotaan, perkampungan buruh perkebunan, dan lain-lain. Dengan latar belakang
komunitas tersebut, diharapkan akan lebih membantu para kader dalam upaya
menerapkan wacana dan teori-teori yang dikuasai sesuai dengan metode berpikir
marhaenisme dengan cara menatap dan menganalisa realitas sosial yang ada di
sekitar.
Format KTM dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama
adalah “KTM dalam ruang” yang berisi pembekalan dan pematangan materi bagi
seluruh kader. Proses penyampaian materi dilakukan dengan cara ceramah, dialog
dan diskusi. Ceramah, dialog dan diskusi bertujuan untuk mensinergikan teori
dan kerangka berpikir kader dengan metode berpikir dan ideologi marhaenisme.
Masa waktu KTM dalam ruang paling lama adalah 7 (tujuh) hari.
Tahap kedua adalah “KTM luar lapang” yang merupakan
praktek langsung di lapangan. Setiap kader diterjunkan langsung dalam kehidupan
masyarakat untuk mempraktekkan secara langsung materi-materi yang telah
diberikan selama KTM dalam ruang. Tiap kader memegang satu kantung massa dengan
pilihan : komunitas petani/buruh perkebunan, komunitas nelayan, komunitas
buruh, dan komunitas miskin kota. Setiap kader harus berprofesi dan berpola
perilaku sama dengan komunitas tempat tinggal. Masa waktu KTM luar lapang
paling cepat 1 (satu) bulan dan paling lama 2 (dua) bulan. Hasil selama
penerjunan tersebut kemudian didokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis
yang mengacu pada format baku (standarisasi) pembuatan tesis.
Materi
Materi yang akan disampaikan dalam Kaderisasi Tingkat
Menengah adalah materi tentang: ideologi kapitalisme, marxisme, dan
marhaenisme; keorganisasian mengenai teknik pengorganisiran, pemetaan,
negosiasi, agitasi propaganda, teknik diplomasi (networking), manajemen aksi
dan analisa sosial. Materi pendukung lain yang akan dipergunakan dalam KTM luar
lapang adalah : studi kasus.
Pelaksana
Kaderisasi Tingkat Menengah dilaksanakan oleh sebuah
kepanitiaan yang dibentuk oleh Dewan Pimpinan Cabang. Kaderisasi Tingkat
Menengah dilaksanakan minimal 1 (satu) kali selama periode kepengurusan Dewan
Pimpinan Cabang. Pelantikan bagi kader-kader yang dinyatakan lulus dilakukan
oleh Presidium atau dapat diwakilkan kepada Koordinator Daerah atas surat
mandat dari Presidium.
Kerangka Acuan
Materi Ideologi
Materi ideologi merupakan tindak lanjut dari materi
ideologi yang diberikan pada saat Kaderisasi Tingkat Dasar untuk menguji
kemampuan kader dalam melakukan penganalisaan terhadap perkembangan ideologi di
dunia. Materi ideologi yang diberikan di Kaderisasi Tingkat Menengah adalah
pembelajaran secara khusus tentang 3 (tiga) ideologi di dunia yaitu : kapitalisme,
marxisme, dan sosialisme (sosialis non marxis).
Materi tentang kapitalisme mencakup pada penganalisaan
perkembangan kapitalisme dimulai dari tinjauan filsafat, sejarah permulaan
kapitalisme, sampai pada bentuk bentuk perubahan (metamorfosa) kapitalisme
dalam kesejarahan. Di dalam penyampaian materi kapitalisme juga dipandang perlu
untuk ikut mengupas tentang konsep negara kemakmuran (welfare state) yang mulai
dikembangkan pada masa paska perang dunia II di beberapa negara eropa dan
Amerika Serikat sebagai salah satu wujud metamarfosa kapitalisme.
Materi tentang marxisme mencakup perkembangan marxisme
dimulai dari tinjauan filsafat yaitu Hegel, Feurbach sampai Marx, dilanjutkan
pada perpecahan kelompok marxisme dengan mengetengahkan pokok-pokok pikiran
kaum revisionisnya mulai dari Vladimir Ilyitz Lenin, Rosa Luxemburg, Antonio
Gramsci, Eduard Bernstein, Karl Kautsky, Leon Trotsky, Mao Tse Tung, Otto Bauer
(Austromarxis) sampai pada masa Frankfurt School. Materi tentang sosialisme di
luar marxisme minimal mencakup 4 (empat) pemikiran yaitu : anarkisme/anarko
sindikalisme, postmodernisme, sosialisme agama dan teologi pembebasan.
Setelah dilakukan penjabaran dari tiap-tiap ideologi
tersebut, materi selanjutnya adalah analisa komparatif antara marhaenisme
dengan marxisme, dan marhaenisme dengan sosialisme di luar marxisme dengan
kapitalisme sebagai antitesa masing-masing ideologi, untuk mengetahui letak
kesamaan dan perbedaan-perbedaan prinsip antara ideologi-ideologi tersebut
dengan marhaenisme sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara garis besar
Kerangka Acuan dari materi “ideologi” dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Sejarah perkembangan kapitalisme
- Pokok-pokok pikiran Adam Smith (Wealth of Nation)
- Merkantilisme
- Kolonialisme dan Imperialisme
- Neo liberalisme
- Negara Kemakmuran (Welfare State)
- Teori modernisme, dependensia dan sistem dunia di
negara dunia ketiga
2. Perpecahan marxisme
- Pokok-pokok pikiran V.I. Ulliavov/Lenin
- Pokok-pokok pikiran Leon Bornstein/Trotsky
- Pokok-pokok pikiran Antonio Gramsci
- Pokok-pokok pikiran Rosa Luxemburg
- Pokok-pokok pikiran Karl Kautsky
- Pokok-pokok pikiran Eduard Bernstein
- Pokok-pokok pikiran Mao Tze Tung
- Pokok-pokok pikiran Otto Bauer (Austro Marxis)
- Pokok-pokok pikiran Neo Marxis (Mazhab Frankfurt)
(jika dipandang perlu, pemateri dapat menambahkan
beberapa tokoh)
3. Sosialisme di luar Marxis
- Anarkisme/Anarko Sindikalisme
- Postmodernisme
- Sosialisme Islam
- Teologi Pembebasan
(jika dipandang perlu, pemateri dapat menambahkan
beberapa ideologi lain)
4. Analisa Komparatif antar ideologi dengan memakai
kapitalisme sebagai antitesa
6. Marhaenisme dan marxisme
7. Marhaenisme dan Islam
8. Marhaenisme dan teologi pembebasan
Materi Keorganisasian
Materi keorganisasian meliputi teknik negosiasi,
agitasi-propaganda, teknik diplomasi (networking), dan manajemen aksi. Teknik
negosiasi adalah materi yang membahas tentang caracara melakukan negosiasi
terutama dengan kekuatan-kekuatan kontra revolusioner, baik lawan taktis maupun
lawan strategis. Teknik negosiasi lebih ditekankan pada metode pendekatan dalam
upaya mencegah dan mengarahkan konflik agar berbalik menjadi satu kekuatan yang
mendukung kita untuk menghantam kekuatan lawan. Teknik agitasi dan
propaganda ditekankan pada upaya mempengaruhi massa dengan cara membangun
isu dan opini yang mampu menyatukan massa dalam satu kekuatan “massa aksi” yang
mampu digerakkan sebagai satu kekuatan revolusioner. Manajemen aksi ditekankan
pada cara dan teknik dalam melaksanakan aksi-aksi baik yang bersifat taktis
maupun strategis.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara garis besar
Kerangka Acuan dari materi “keorganisasian dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Teknik diplomasi
2. Manajemen issu
3. Aliansi taktis dan aliansi strategis
4. Penggalangan massa
5. Manajemen Aksi
Materi Analisa Sosial dan Studi Kasus
Materi analisa sosial adalah pendalaman dari materi
yang telah diberikan pada saat Kaderisasi Tingkat Dasar. Materi analisa sosial
di Kaderisasi Tingkat Menengah lebih banyak ditekankan pada praktek di lapangan
secara langsung, dimana tiap kader diberikan tugas dan tanggung jawab untuk
melakukan analisa sosial terhadap organ-organ sektoral yang antara lain :
petani, buruh, nelayan dan komunitas miskin kota. Analisa sosial tersebut
dilakukan dengan cara integrasi langsung dalam kehidupan masyarakat (leave in)
dengan cara berprofesi dan berpola perilaku sesuai dengan wilayah komunitas
yang didiami. Selama proses integrasi, setiap kader memiliki tugas untuk
melakukan pemetaan (maping) untuk mengidentifikasi variabel-variabel pokok dan
tidak pokok yang dihadapi oleh masyarakat yang ia diami. Setelah
variabel-variabel pokok dan tidak pokok telah diketahui secara jelas dan telah
dianalisa secara matang sampai ke sumber akarnya, maka setiap kader dapat
memulai pengorganisiran yang diawali dengan cara membangun opini dan isu di
komunitas yang ia diami melalui agitasi dan propaganda. Selama proses
pengorganisiran tersebut, setiap kader akan dievaluasi setiap hari, setiap
minggu dan setiap bulan untuk dilihat dan diuji tingkat keberhasilannya dalam
pengorganisiran yang ia lakukan. Selama proses pengorganisiran, peserta kader
juga diwajibkan untuk membuat laporan tertulis dalam format baku yang mengacu
pada standarisasi pembuatan tesis. Laporan tertulis tersebut akan digunakan
sebagai bahan evaluasi akhir peserta kader untuk persiapan uji materi
pendadaran dihadapan “tim khusus” yang dibentuk oleh Dewan Pimpinan Cabang dan
atau Koordinator Daerah agar dapat dinilai dan ditentukan lulus tidaknya kader.
Tim khusus yang dibentuk tersebut miminal meliputi unsur : filusuf, ideolog
antropolog/sosiolog, dan sejarawan.
KADERISASI TINGKAT PELOPOR (KTP)
Maksud
Kaderisasi Tingkat Pelopor (KTP) adalah proses
pengkaderan formal tingkat akhir di dalam silabus kaderisasi GMNI. KTP
ditujukan bagi kader-kader yang telah lulus dari Kaderisasi Tingkat Menengah.
KTP memiliki maksud untuk uji materiil setiap kader dalam proses membangun
sintesa sistem-sistem sosial di setiap elemen masyarakat.
Pembangunan sintesa sistem sosial bersangkut paut pada
pola dan tata cara yang dilakukan kader dalam mengkonstruksi ulang bangunan
sistem sosial menuju pada citacita masyarakat sosialis Indonesia.
Tujuan
Kaderisasi Tingkat Pelopor memiliki tujuan pokok
terbentuknya kader-kader pelopor yang siap dan sanggup menjadi top leaders
dengan bekal teori, mental dan watak progressif revolusioner sehingga
benar-benar menjadi kader yang berkualitas. Dengan Kaderisasi Tingkat Pelopor
diharapkan setiap kader akan mampu memanifestasikan ideologi marhaenisme dalam
setiap kehidupan pribadinya dan dalam langkah perjuangannya sebagai leader
rakyat.
Materi Pokok
Materi-materi yang disampaikan dalam Kaderisasi
Tingkat Pelopor adalah materi ideologi, organisasi dan uji materi kemampuan
kader dalam menyusun sintesa. Materi ideologi melingkupi : kapitalisme,
ideologi-ideologi negara dunia ketiga, dan marhaenisme.
Materi Organisasi ditekankan pada materi net working
dan community organizing. Materi pendukung lainnya adalah materi : sejarah
dunia, perbandingan sistem sosial politik dan sosial ekonomi negara-negara
dunia; dan strategi diplomasi untuk kepentingan pengorganisiran massa.
Selain materi-materi tersebut di atas, di dalam
Kaderisasi Tingkat Pelopor masih akan diberikan materi kemampuan khusus yaitu
uji materi terhadap efektifitas perjuangan kader dalam meng-construct ulang
sistem sosial masyarakat dalam sebuah komunitas sebagai uji sintesa
marhaenisme.
Format Pengkaderan
Format Kaderisasi Tingkat Pelopor dibagi dalam dua
tahap. Tahap pertama adalah “KTP dalam ruang” yang berisi uji teori dan
dialektika berpikir seluruh kader. Proses penyampaian materi dilakukan dengan
cara mengeksplorasi pemikiran peserta, proses dialog dan diskusi serta
penyusunan karya tulis dengan standarisasi disertasi, yang berisi sintesa
kebangunan sistem
masyarakat berdasarkan sosialisme Indonesia. Masa
waktu “KTP dalam ruang” paling lama adalah 7 (tujuh) hari. Khusus untuk
penyusunan karya tulis, batas waktu yang diberikan adalah 6 (enam) bulan.
Tahap kedua adalah “KTP luar lapang” yang merupakan
uji materi kemampuan kader, dalam menganalisa, mengorganisir, dan
meng-construct sistem kehidupan masyarakat berdasarkan asas-asas marhaenisme.
Tiap kader memilih satu komunitas antar lain : komunitas petani/buruh
perkebunan, komunitas nelayan, komunitas buruh manufaktur, komunitas miskin
kota, atau komunitas lain atas pilihan kader sendiri dengan syarat diusulkan
untuk mendapatkan persetujuan dari panitia KTP. Tugas kader di dalam komunitas
tersebut adalah melakukan analisa sosial, melakukan pengorganisiran dan
melakukan perekonstruksian sistem kehidupan komunitas atas dasar marhaenisme
sebagai sintesa. Hasil-hasil penganalisaan, pengorganisiran dan
perekonstruksian sistem didokumentasikan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang
mengacu pada format baku penulisan disertasi. Karya tulis ilmiah tersebut akan
diuji melalui pendadaran oleh “tim khusus” yang dibentuk oleh Presidium. Tim
khusus yang dibentuk tersebut miminal meliputi unsur : filusuf,
ideolog/antropolog, sosiolog, dan sejarawan.
Pelaksana
Kaderisasi Tingkat Pelopor dilaksanakan oleh sebuah
kepanitian yang dibentuk dan disahkan oleh Presidium GMNI. Kaderisasi Tingkat
Pelopor dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali selama satu periode
kepengurusan Presidium. Para kader yang lulus dari Kaderisasi Tingkat Pelopor
akan dilantik secara langsung dan terbuka oleh Presidium di hadapan forum dalam
“waktu yang diberikan secara khusus” di sela-sela acara nasional GMNI (Kongres,
Rakornas, Seminar Nasional, atau agenda nasional lainnya).
Kerangka Acuan
Ideologi
Materi ideologi yang pertama adalah materi tentang
kapitalisme. Dalam materi tersebut yang ditekankan adalah eksplorasi pemikiran
kader tentang kapitalisme yang diruntut dari sejarah perkembangan kapitalisme;
anatomi (ciri-ciri) kapitalisme; hubungan kapitalisme dengan sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari eksplorasi tersebut
diharapkan para kader akan mampu menangkap dan menganalisa perkembangan
kapitalisme dalam putaran roda waktu. Eksplorasi pemikiran kedua adalah tentang
perkembangan kapitalisme di Indonesia antara lain : kekuatan-kekuatan
kapitalisme di Indonesia, pengaruh kapitalisme terhadap susunan politik,
ekonomi dan budaya masyarakat Indonesia; serta pemetaan kapitalisme di dalam
struktur politik pemerintahan Indonesia. Dengan eksplorasi pemikiran tersebut
diharapkan para kader akan mampu memahami seluk beluk perkembangan kapitalisme
di Indonesia baik dalam kehidupan masyarakat maupun dalam struktur politik
pemerintahan.
Materi ideologi yang kedua adalah pengeksplorasian
ideologi di negara-negara dunia ketiga dan negara maju berikut tentang potensi,
tantangan, peluang, dan hambatan marhaenisme dalam upaya mengkonsolidasi
kekuatan negara-negara dunia ketiga. Dengan eksplorasi pemikiran tersebut
diharapkan para kader akan mampu melihat marhaenisme sebagai ideologi
alternatif yang dapat menyatukan seluruh ideologi-ideologi dunia khususnya
negara dunia ketiga.
Materi ideologi ketiga adalah eksplorasi pemikiran
kader dari upaya-upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan kader untuk
memanifestasikan marhaenisme. Materi ini merupakan pembekalan materi guna
menghadapi uji materi “KTP luar lapang” dimana setiap kader diuji untuk
melakukan analisa, pengorganisiran dan perekonstruksian sistem kehidupan
masyarakat menjadi susunan masyarakat sosialis Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara garis besar
Kerangka Acuan dari materi “ideologi” dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Kapitalisme
- Sejarah perkembangan kapitalisme dunia
- Anatomi kapitalisme
- Metamorfosa kapitalisme saat ini
- Kapitalisme di negara dunia ketiga (beserta teori
yang membedahnya)
- Kapitalisme di Indonesia
- Kapitalisme di struktur politik pemerintahan
Indonesia
- Implikasi kapitalisme terhadap kehidupan politik,
ekonomi, budaya masyarakat Indonesia
2. Perbandingan sistem sosial politik dan sosial
ekonomi antar negara dunia ketiga.
3. Marhaenisme
- Marhaenisme sebagai ideologi dunia
- Marhaenisme sebagai alat pengkonsolidir negara dunia
ketiga
- Tantangan, peluang, dan hambatan marhaenisme dalam roda
perkembangan sejarah dunia
- Marhaenisme dalam kehidupan masyarakat Indonesia
- Marhaenisme dalam manifestasinya
Materi Organisasi
Materi organisasi yang pertama adalah mengenai net
working yang menyangkut taktik dan strategi yang digunakan oleh para kader
dalam setiap gerakannya. Taktik strategi yang dimaksud adalah taktik dan
strategi perlawanan terhadap “lawan taktis” dan “lawan strategis”, serta taktik
dan strategi aliansi dan penggunaan kekuatan “kawan taktis” dan “kawan
strategis”.
Dalam materi tersebut para kader diminta untuk
melakukan eksplorasi pemikirannya tentang cara-cara memainkan peran dan
pengelolaan issu yang baik dalam upaya memetakan dan mematahkan kekuatan lawan.
Materi organisasi kedua mengenai organizing yang
menyangkut tentang cara-cara machtvorming yang dilakukan kader untuk tujuan
massa aksi. Dalam materi tersebut setiap kader diminta untuk melakukan
eksplorasi pemikiran tentang pemetaan struktur-struktur sosial kemasyarakatan
disertai dengan pola-pola yang merujuk pada geografis, geo-politik dan
demografi komunitas bersangkutan. Materi organisasi ketiga adalah eksplorasi
pemikiran kader tentang metode analisa yang dipakai terhadap segala persoalan
di masyarakat untuk menguji konsistensi pisau analisanya.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara garis besar
Kerangka Acuan materi “organisasi” dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Kerja jaringan
- taktik strategi perlawanan terhadap kawan dan lawan
- taktik strategi aliansi dan penggunaan kekuatan
kawan taktis dan strategis
- manajemen issu melalui agitasi dan propaganda
2. Pemetaan struktur sosial politik dan sosial ekonomi
masyarakat
3. Bangun kebudayaan
4. Taktik strategi pengorganisiran
5. Metode berpikir yang digunakan para kader ditinjau
dari pisau analisa materialisme dialektika
Materi studi kasus
Materi studi kasus merupakan uji materi kemampuan
kader dalam melakukan penganalisaan, pengorganisiran, dan perekonstruksian
sistem masyarakat yang didasarkan pada asas-asas marhaenisme. Dalam menguji
kemampuan kader tersebut, para kader diterjunkan langsung ke dalam komunitas
masyarakat khususnya : komunitas petani/buruh perkebunan, komunitas nelayan,
komunitas buruh manufaktur, komunitas miskin kota, atau komunitas lain atas
pilihan kader sendiri dengan syarat diusulkan untuk mendapat persetujuan dari
panitia KTP.
Selama proses penerjunan tesebut, setiap kader
memiliki tugas untuk melakukan pemetaan, analisa sosial, pengorganisiran dan
perekonstruksian sistem kehidupan komunitas. Setiap proses harus
didokumentasikan dalam bentuk catatan tertulis dimana catatan-catatan tersebut
nantinya akan disusun dalam sebuah bentuk karya tulis ilmiah yang mengacu pada
format pembuatan disertasi. Karya tulis ilmiah tersebut akan diuji melalui
pendadaran oleh “tim khusus” yang dibentuk oleh Presidium. Tim khusus yang
dibentuk tersebut miminal meliputi unsur : filusuf, ideolog/antropolog,
sosiolog, dan sejarawan.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara garis besar
Kerangka Acuan materi “studi kasus” dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pemetaan sosial politik, sosial ekonomi dan sosial
budaya masyarakat
2. Analisa sosial dalam sebuah komunitas
3. Pengorganisiran massa menuju satu massa aksi
4. Perekonstruksian sistem kemasyarakatan ke dalam
susunan masyarakat atas dasar
marhaenisme.
5. Pendokumentasian studi kasus dalam bentuk karya
tulis ilmiah yang mengacu pada format
penulisan standarisasi disertasi
6. Mekanisme pertanggung-jawaban kader selama studi
kasus melalui uji pendadaran di
hadapan tim khusus yang dibentuk oleh Presidium.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar